Monday, July 7, 2014

PEMIKIR EKONOMI ISLAM MODERN SAYID AHMAD KHAN



PEMIKIR EKONOMI ISLAM MODERN
SAYID AHMAD KHAN
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Sejarah Pemikiran Ekonomi
Dosen Pembimbing: H. Dwi Condro Triono S.P, M.Ag., P.HD
Di Susun Oleh:
Nama        : Fariska Yosi Iryanti
Nim           : 122231065

PROGDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2014
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim
Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwataa’la yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan pada penulis sebagai rahmat yang sangat berharga. Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Rasullullah SAW nabi akhir zaman, yang menjadi panutan kita umat islam, sangat memotivasi penulis untuk menyusun makalah tentang salah satu tokoh pemikir ekonomi islam modern yaitu Sayid Ahmad Khan.
            Penulis sangat berterima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu baik material maupun moril atas selesainya pembuatan makalah ini. Terimakasih yang setulus-tulusnya diberikan kepada seluruh keluarga yang telah membantu dan memotivasi dalam penyelesaian makalah ini.








Surakarta, 4 Juli 2014


Fariska Yosi Iryanti
Nim=122231065

DAFTAR ISI

PEMIKIRAN ISLAM MODERN.............................................................. 5
TOKOH-TOKOH PEMIKIR ISLAM MODERN..................................... 5
SAYID AHMAD KHAN………………………………………………….6
PEMIKIRAN SAYYID AHMAD KHAN.............................................. 13
KESIMPULAN......................................................................................... 18




BAB 1. PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Menurut Roger Garaudy, modernism tidak lain adalah westernisme, yakni aliran yang berasaskan kebudayaan dan pemikiran barat modern yang timbul dari pengalaman sejarah mereka selama empat abad terakhir. Di antara cirri-ciri modernism atau westernisme ialah nasionalisme, kapitalisme, dan sistem parlementer. Pendapat yang sama diajukan oleh maryam jameelah. Baginya, modernism harus dirujuk pada pengalaman sejarah barat yang bermula sejak zaman renaissans pada abad ke-15 hingga kini. Beberapa jenisnya adalah klasisisme, humanism, liberalism, sekularisme, evolusionisme dan marxisme.
Di antara aliran modernism tersebut, yang dianggap cukup penting ialah sekukarisme atau penolakan terhadap peranan agama. Begitu pentingnya, hingga sekularisme disebut bersama-sama dengan modernism.
B.    RUMUSAN MASALAH
1.         Bagaimana pemikiran ekonomi islam modern itu?
2.         Siapa tokoh dalam ekonomi islam modern itu?
3.     Bagaimana latar belakang kehidupannya?
4.     Bagaimana pemikiran Sayid Ahmad Khan dalam berbagai bidang?
C.    TUJUAN
1.         Dapat menjelaskan pemikiran ekonomi islam modern.
2.         Dapat menyebutkan tokoh dalam ekonomi islam modern.
3.         Dapat menjelaskan latar belakang kehidupannya dan pemikirannya.
4.         Dapat menjelaskan pemikiran Sayid Ahmad Khan dalam berbagai bidang.
BAB 2. PEMBAHASAN
A.      Pemikiran Islam Modern
Berawal dari kegelisahan umat Islam pada saat itu, yaitu banyaknya muncul penyelewengan-penyelewengan ajaran Islam, baik di kalangan masyarakat biasa, maupun dalam tingkatan politik dan pendidikan. Maka diperlukan adanya proses modernisasi maupun pembaharuan baik di bidang politik, pendidikan dan akidah. Selain itu, salah satu sebab perlunya perkembangan modern dalam Islam adalah karena dalam agama terdapat ajaran-ajaran absolute mutlak benar, kekal tidak berubah dan tidak bisa diubah. Ajaran-ajaran itu diyakini sebagai dogma dan sebagai akibatnya timbulllah sikap dogmatis agama. Sikap dogmatis membuat orang tertutup dan tak bisa menerima pendapat yang bertentangan dengan dogma-dogma yang dianutnya. Dogmatisme membuat orang bersikap tradisional, emosional dan tidak rasional.
Pembaharuan dalam hal apapun, termasuk dalam konteks keagamaan (pemahaman terhadap ajaran agama) akan terus dan selalu terjadi sebab cara dan pola berpikir manusia serta kondisi social masyarakat selalu berubah seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan di segala bidang yang akhirnya membuahkan tekhnologi yang semakin canggih. Lain dari pada itu kemunduran dan stagnasi berpikir umat sebagai buah dari fanatisme serta adanya "pihak luar" yang ingin merekomendasi dan menguasai, mendorong sebagian pemikir untuk mengadakan pembaharuan.
Upaya pembaharuan dalam Islam mempunyai alur yang panjang khususnya sejak bersentuhan dengan dunia Barat, untuk memahami makna dan hakekat pembaharuan. Dan yang masih menjadi pertanyaan besar adalah mengapa umat Islam masih tertinggal dari dunia Barat(setelah dahulu mengalami masa keemasan).[1]
B.       Tokoh-Tokoh Pemikir Islam Modern
Berawal dari kemunduran yang di alami oleh umat islam dan Barat yang semakin menunjukan Eksistensinya sebagai pusat peradabandengan munculnya penyimpangan-penyimpangan yang di lakukan umat islam. Akhirnya munculah banyak pemikir-pemikir islam yang tersadar bahwa keadaan umat islam saat itu sangat terbelakang. Maka mereka melakukan suatu gerakan yang menghasilkan gagasan untuk membangkitkan umat islam dari ketepurukan itu[2] dan mendorong para penggagas  dan pembaharu Muslim yang berusaha menyadarkan  terhadap penyimpangan penyimpangan yang telah di lakukan  agar kembali jalan yang di ridhoi  allah SWT.
Tokoh-tokohnya antara lain:
1.      Sayid Ahmad Khan.
2.      Hali.
3.      Mohsinul Mulik.
4.      Viqarul Mulk.
5.      Syibli.
6.      Sayid Amir Ali.
7.      Abdul Kalam Azad.
8.      Maulana Muhammad Ali.
9.      Iqbal.
10.  Muhammad Ali Jinnah.
11.  Liaquat Ali Khan.
12.  Maulana Sayid Abul A’la Maududi.
13.  Al Afgani
14.  Dan lain-lainya.
Dan yang akan di bahas lebih terperinci dalam makalah ini adalah Sir Sayid Ahmad Khan (India 1817-1898).
C.      Sayyid Ahmad Khan
Setelah hancurnya gerakan Mujahidin dan kerajaan Mugha sebagai akibat dari pemberontakan 1857 muncullah Said Ahmad Khan untuk memimpin umat Islam di india, yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri dan maju kembali. Sayid Ahmad Khan dilahirkan di Delhi tanggal 17 oktober 1817 dan menurut keterangan ia berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah bin Ali. Nenek Sayid Hadi, adalah pembesar istana di zaman Alamhir II (1754-1759). Ia mendapat pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama. Selain bahasa arab, ia juga belajar bahasa prancis dan sejarah. Ia orang yang rajin membaca dan selalu memperluas pengetahuan dengan menelaah berbagai ilmu pengetahuan.[3]
Masa kecil Sayid Ahmad Khan dilalui dengan kesenangan dan kecukupan tetapi dengan wafat kakeknya(panglima perang yang kemudian hari di beri kedudukan agamis semi-hakim oleh kaisar Mughal), kekayaan keluarganya mulai menurun. Pada 1838 ayahnya meninggal dan keuntungan hasil tanah yang di peruntukan untuk baginya oleh pemirintah mulai hilang atu mulai dikurangi. Sayih Ahmad Khan yang masih muda itu mulai mencari penghidupannya sendiri. Pertama-tama dia harus puas mendapat pengangkatan sebagai juru tulis tingkat rendahan, tetapi segera ia diangkat sebagai munsif(wakil hakim), dan pada tahun 1841 ditempatkan sebagai munsif di kota yang bersejarah Fatihpur Sikri.[4]
Sayid Ahmad adalah orang mudah bergaul, itu dapat di nilai dari dari keterangan Ghalib, yang setalah memuji keberanian dan kemampuan Sayid Ahmad Khan, ia mengatakan”bagi saya, ia adalah seperti salah seorang dari keluarga sendiri”
Sayid Ahmad Khan mengirup dalam-dalam udara yang begitu tinggi, dan karya sastranya yang paling pertama dan besar adalah pujian kota Delhi “ Asar-ul-Sanadid” atau “peninggalan-peninggalan lama dari Delhi”, yang di terbitkan pada tahun 1847. Dalam buku tersebut, setelah melakukan riset yang sangat tetliti dan sungguh-sungguh, dan bukan hanya dengan penelitian perpustakaan yang sejuk lagi nyaman, tetapi langsung meneliti inskripsi-inskripsi yang telah lumutan dan sulit dibaca dari bangunan-bangunan yang hamper runtuh. Sayid Ahmad menulis uraian tentang gedung-gedung utama di dalam sekitar Delhi.
Yang sangat menarik adalah bab tentang “celebrities of contemporary Dehli” (kemegahan-kemegahan kota dehli kontemporer) yang sekalipun ditulis dalam gaya bahasa yang dingin dan seperti gaya bicara yang pada waktu itu popular dikalangan penulis-penulis persi dan urdu, barang kali karya ini merupakan tulisan yang paling bagus mengenai sastra, kehiduoan beragama dan seni di Delhi pra-Mutiny.[5]
Banyak tulisan Sayid ahmad sebagai orang ahli sejarah mengalami kesalahan-kesalahan kecil disana-sini yang tidak bias di hindari karena kesibukannya sebagai seorang pejabat pemerintah yang berusaha mengerjakan pekerjaan dengan sebenernya dan menuntut waktu yang penuh. Tetapi karangan-karangan tersebut terencana dengan baik dan pada umumnya tingkatannya tinggi. Karangan-karangannya pun diakui nilainya oleh sarjana-sarjana dari luar,M, Garchin de Tassy pada tahun 1861 menerjemahkan ke dalam bahasa prancis buku tentang sejarah Arkeolog Delhi, dan tiga tahun kemudian Sayid Ahmad Khan terpilih sebagai Honorari fellow dari Royal Asiatic Sosiety, London.[6]
Buku Sayid Ahmad Khan merupakan anggur yang dibikin di rumah sendiri. Ia pada waktu itu sama sekali tidak mengerti bahasa inggris maupun bahsa barat lainnya. Dan bukunya itu terutama berisi kebijakansanaan politik seorang muslim yang luas pengetahuannya, meski tidak dikenal dengan pemikiran-pemikiran politik modern. Tetapi merupakan pewaris yang sebenarnya dari tradisi kenegarawan mughal.
Bahkan yang lebih menyolok lagi adalah keberaniaan dan tidak gentarnya sang penulis. Buku itu di tulis pada waktu sebagian besar Inda masih dalam keadaan darurat. Buku Sayid Ahmad tersebut merupakan kritik yang tajam terhadap pola administrasi yang ada sebelum Muntiny, dan memberikan penjelasaan yang lengkap, kalau bukan pembenaran tentang terjadinya  revolusi di india tersebut. Menurut Sayid Ahmad, sebab pokok yang akhirnya membawa kepada pemberontakan besar tersebut adalah tidak adanya orang india yang mewakili pandangan india pada tingkat atas badan-badan yang memerintah negeri tersebut.
Ia membuka dengan jelas segala kejelekan yang disebabkan karena tidak adanya orang india di dewan legislatif, tidak mengertinya dewan tersebut tentang pandangan yang sebenarnya mengenai orang-orang india. Selanjutnya ia menunjukan kepada campur tangan pemerintah dlam soal agama. Dengan menghitung tentnag sebab-sebab yang banyak membawa kepada keyakinan itu.  Ia menerangkan: “ di duga bahwa pemerintahan dan para pejabatnya diseluruh negeri biasa memberikan banyak uang kepada misi-misi Kristen dengan maksud untuk membiayai keperluan mereka, sehingga memungkinkan untuk membagi-bagi buku dan segala keperluan mereka. Banyak opsir-opsir kontrakan dan banyak orang-orang militer bicara dengan bawahan mereka tentang agama, sebagian dari mereka menyuruh para pembantu supaya datang kerumah mereka dan mendengar propaganda misi-misi Kristen”.[7]
Sayid Ahmad Khan dengan tegas mengkritik undang-undang yang membolehkan menarik pajak dari tanah-tanah perdikan yang diberikan pemerintah pada masa lalu, sebagai”sangat serakah”. Ia juga mengeluh mengenai tidak adanya pergaulan antar orang ingris dan sebagian orang india. Ia bahkan mengkritik cara pemerintah menangani pemberontak-pemberontak di Meerut.[8]
Sayid Ahmad Khan menulis tanpa takut, bahkan merupakan buku yang agak berbahaya, tetapi keberanian politiknyalah yang memungkinkan untuk menelunjukan jarinya kepada kekurangan-kekurangan pemerintah dan menyelatkan dia dari akibat-akibat tindakannya. Setelah buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dan dibicarakan dalam dewan Raja Muda, maka Sir Cecil Beadon, menteri luar negeri, mengungkapkan buku tersebut sebagai “sangat menghasut” dan menganjurkan agar pengarangnya diambil tindakan. Namun karena Raja Muda dan anggota-anggota lainnya yakin bahwa Sayid Ahmad Khan dapat di percaya, maka tidak ada tindakan apapun yang diambil terhadap penulis.[9]
Mutiny atau pemberontakan tersebut merupakan tragedy nasional yang besar, tetapi tampaknya Sayid Ahmad Khan sendiri tidak takut sama sekali. Ia keluar dari konflik tersebut tanpa melakukan sesuatu yang menjadikan menyesal, baik sebagai pegawai pemerintah yang loyal maupun sebagai orang india yang patriot. Tampaknya, Sayid Ahmad Khan sendiri tidak terpengaruh oleh Muntiny, tetapi apabila kita pelajari pidato-pidato dan tulisan-tulisannya dalam periode itu, kita merasakan bahwa muntiny merupakan pukulan paling berat yang pernah ia derita. Kekecewaannya dan kesedihannya luar biasa. Dan kesedihan tersebut menyebabkan ramputnya mendadak menjadi putih, dan sama sekali merubah jlan hidupnya.
Akibat dari reaksi yang begitu mendalam lagi tajam tersebut ada dua hal-pribadi dan nasional. Sayid Ahmad sendiri tidaklah disakiti, tetapi orang-orang yang dekat dan paling dicintainya menderita luar biasa pada waktu penumpasan yang dilakukan ileh inggris maupun kekuatan yang melawan setelah jatuhnya Delhi.[10]
Kerugian Sayid Ahmad secara pribadi memang besar, tetapi ketika ia melihat penderitaan masyarakat muslim, kesusahannya tidak bisa di obati. Kesusahan Sayid Ahmad terhadap apa yang ia lihat tidak dapat digambarkan. Ia merasa bahwa india bukan tempat yang tepat bagi seorang muslim yang tahu harga dirinya, dan ingin meninggalkan pekerjaannya kemudian menetapkan di Mesir. Untungnya Sayid Ahmad Khan tidak menyerah kepada rasa putus asa, bahkan yakin bahwa “adalah merupakan suatu perbuatan pengecut dan mementingkan diri sendiri untuk mencari suatu tempat yang aman, sementara rakyat dalam keadaan sangat menyedihkan”. Dengan itu ia kemudian membuang keinginannya untuk  migrasi dari india, dan memilih untuk merambah jalan berbatu pada perjuangan keras, menuntut kesabaran yang tinggi dan usaha yang sangat berat.
Ia merenungkan tragedy yang menimpa negerinya, dan mendapatkan kesimpulan bahwa hal tersebut disebabkan karena kebodohan. Oleh karena itu ia bertekat untuk mulai mendidik orang yang memerintah dan yang diperintahan, dan menhilang sebab-sebab yang memungkinkan pertentangan dan salah paham. Tugas pertama ia mulai dengan bukunya Couse Of The Indian Revolt, dan ia teruskan sepanjang hidupnya dengan mengajukan pikiran-pikiran rakyatnya dengan berani. Untuk tujuan inilah maka pada tahun 1866, ia mendirikan “British Indian Association” di Aligarh.
Sayid Ahmad Khan juga mengetahui bahwa pemberontakan tersebut dikatakan sebagai pemberontakan Muslim, dan umat Muslim ditindas dengan kekerasan. Ia berusaha untuk membetulkan kesan yang salah dari pejabat-pejabat ingris, dan mulai menerbitkan majalah The Loyal Mehammadans Of India, di mana jasa orang Muslim terkemuka yang loyal disiarkan.[11]
Tetapi usaha-usaha tersebut terutama di tujukan kepada pendidikan umum bagi rakyatnya sendiri. Graham, penulis biografi Sayid Ahmad, menulis:”moto Sayid Ahmad adalah didiklah!,didiklah!,didiklah!”. ‘Semua penyakit sosio-politik di india’, ia pernah menyatakan kepada saya ‘bisa di obati dengan cara ini: Obatilah akarnya dan pohonya akan subur’.
Usaha pokok Sayid Ahmad Khan bagi penyiaran ilmu adalah berdirinya The Scientific Society-asalnya terkenal sebagai The Translation Society- yang dimulai di Ghazipur pada bulan januari 1864. Pada waktu mulai membuka sekolah dan menentukan kurikulumnya, ia menyadari bahwa bahasa-bahasa india kurang mempunyai literature yang berguna mengenai ilmu-ilmu yang dibahas dengan bahasa-bahsa barat.
Sejauh itu usaha Sayid Ahmad di tujukan untuk kemajuan seluruh rakyat india-baik hindu maupun muslim. The British Indian associantion, juga sekolah di Ghazipur didirikan atas bantuan kedua kelompok masyarakat tersebut, dan The Scientific Society diketuai oleh Sayid Ahmad dengan bnatuan sahabatnya orang Hindu Raja Jai Kishen Dass.[12]
Pad tahun 1869 anak Sayid Ahmad Khan, Sayid Mahmud, memperoleh beasiswa untuk studi lebih tinggi di Universitas Cambride, dan Sayid Ahmad memutuskan untuk mnyertainya ke inggris. Sayid Ahmad menetap di inggris selama 17 bulan dan sibuk bekerja. Ia mempunyai banyak kawan dengan oran-orang ingris yang sudah pension, dan mereka menunjukan keramahan dan kebaikan yang besar. Lord Lawrenc3 umpanya, setiap bulan selalu mendampingi dan mengatur kunjungan Sayid Ahmad ke lembaga-lembaga yang penting. Ia dipilih menjadi anggota kehormatan dari Atheneum dan juga diterima di kantor urusan india oleh Duke of Argylle, sekertaris Negara, yang juga pelindung Scientify Socienty dan gelar C.S.I dianugerahkan padanya.[13]
Bersama-sama dengan terbitnya Thzibul Akhlaq, Sayid Ahmad juga mulai bekerja untuk pendidikan modern. Pada tanggal 26 desember 1870, di Benares ia mendirikan “Society for the Educational Progress of Indian muslims”(himpunan untuk kemajuan pendidikan orang-oarang muslim india) yang setelah menerima banyak anjuran dan dipertimbangkan masak-masak, memutuskan untuk mulai mendirikan perguruan tinggi islam.”Anglo-Oriental-College”. Sekarang Sayid Ahmad merupakan pemimpin umat Muslim India yang tidak dapat dibantah lagi dan merupakan tokoh nasional yang besar. [14]
Hali dalm biografi Sayid Ahmad mengatakan bahwa hidup Sayid merupakan contoh teladan. Memang, Sayid Ahmad mempunyai sifat-sifat yang luar biasa-seperti energik, ketekutan, keberanian moral, kemauan keras, kemauan besar untuk menyerap pengetahuan dari semua arah, kebijaksanaan politik yang luar biasa, rasa humor yang enak-yang tanpa itu ia tidak akan sampai kepada tingkat yang diperolehnya. Ia dilahirkan sebagai pemimpin, dengan wajah manis dan bicara yang mengesankan, selama setangah abad ia memegang pimpinan nasib umat Muslim di india, ia mempengaruhi dan mencetak banyak orang yang mampu ke depan lebih dari apa yang dapat dilakukan oleh pemimpin Muslim Modern mana pun juga. Namun demikian, ia juga mempunyai banyak kekurangan dan apabila kita merenungkan kebiasaannya dan insiden-insiden tertentu dari kehidupannya, dalam beberapa hal, ia merupakan “tokoh teladan” yang sangat berbahaya untuk diikuti.
Sayid Ahmad kurang memperhatikan bentuk luar, ia dijuluki sebagai Bapak Sastra Urdu Modern, tetapi apabila demikian halnya ia merupakan ‘sastrawan yang paling tidak bersasatra’. Semboyannya adalah”biarkanlah gaya menulisnya. Lihatlah masalah yang dibahas itulah uang pokok”. Akibatnya adalah, kecuali pada waktu ia berada dibawah pengaruh emosi yang sangat mendalam.[15]
Sir Sayid Ahmad Khan adalah pemikir yang menyerukan saintifikasi masyarakat muslim. Seperti halnya Al Afgani, ia menyerukan kaum muslim untuk meraih ilmu pengetahuan modern. Akan tetapi, berbeda dengan Al Afgani ia melihat adanya kekuatan yang membebaskan dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Kekuatan pembebas itu antara lain meliputi penjelasan mengenai suatu peristiwa dengan sebab-sebabnya yang bersifat fisik materiil. Di barat, nilai-nilai ini telah membebaskan orang dari tahayuldan cengkeraman kekuasaan gereja. Kini, dengan semangat yang sama, Ahmad Khan merasa wajib membebaskan kaum muslim dengan melenyapkan unsur yang tidak ilmiah dari pemahaman terhadap Al Qur’an. Ia amat serius dengan upayanya ini antara lain dengan menciptakan sendiri metode baru penafsiran Al Qur’an. Hasilnya adalah teologi yang memiliki karakter atau sifat ilmiah dalam tafsir Al Qur’an.[16] Tokoh yang cenderung kepada tafsir aqilah atau rasionalisme adalah Sayid Ahmad Khan.[17]
D.      Pemikiran Sayid Ahmad Khan
Menurut Ahmad Khan bahwasannya keyakinan, kekuatan dan kebebasan akal yang menjadikan manusia menjadi bebas untuk menentukan kehendak dan melakukan perbuatan sesuai yang dia inginkan. Jadi pemikirannya itu mempunyai kesamaan dengan pemikiran Qodariyah, Contohnya manusia telah di anugrai oleh Allah berbagai macam daya, di antaranya adalah daya fakir yang berupa akal, dan daya fikir untuk merealisasikan kehendak yang di inginkannya. Dan barang siapa yang percaya terhadap hukum alam dan kuatnya mempertahankan konsep hukum alam ia di anggap sebagai orang yang kafir.[18]
Pemikiran Ahmad Khan di bidang keislaman antara lain, ia melihat bahwa umat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di Barat. Dasar peradaban baru adalah IPTEK Barat dan bangsa Eropa yang mengolah sedemikian rupa IPTEK untuk memudahkan mewujudkan keinginan-keinginan mereka, termasuk dalam menaklukkan umat Islam. Penaklukan dapat dilakukan dengan dengan mudah, karena umat Islam tidak memiliki kelebihan di bidang yang dikuasai Bangsa Barat.
Menurut Sayyid Ahmad Khan IPTEK modern adalah hasil olah pemikiran manusia, karena itu dunia Barat mendapat penghargaan yang tinggi. Kalau umat Islam mau maju harus menghargai akal pikiran. Sayyid Ahmad Khan sangat menghargai akal pikiran rasional, walaupun ia percaya bahwa kekuatan dan kebebasan serta kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan perbuatan, akan diserahkan sepenuhnya kepada manusia itu sendiri.
Terhadap hukum alam, menurutnya, tidak banyak yang dapat ditemukan secara langsung di dalam Alquran dan Sunnah. Begitu juga tentang hubungan manusia dengan manusia, dalam perilaku ekonomi, sosial-budaya yang banyak diungkapkannya, hanyalah gambaran masyarakat primitif zaman nabi, maka untuk zaman sekarang hal-hal itu tidak sesuai lagi dengan tuntunan zaman. Itulah sebabnya dalam masalah umum dan duniawi, umat Islam harus belajar banyak kepada Barat dan menerima kebudayaan mereka yang saat ini dianggap sangat maju kalau umat Islam ingin seperti mereka.[19]
Pokok-pokok pikiran Sayyid Ahmad Khan mengenai pembaharuan dalam Islam. Sayyid Ahmad Khan memiliki ide-ide yang cemerlang untuk membangkitkan ummat Islam India dari keterpurukan. Diantara ide-ide yang cemerlang itu adalah sebagai berikut:
1.        Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan ummat Islam India, dapat diwujudkan dengan bekerjasama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa terkuat di India, dan menentang kekuasaan itu tidak membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India. Disamping itu dasar ketinggian dan kekuatan barat, termasuk didalamnya Inggris, ialah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk dapat maju, umat Islam harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh ummat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang diperlukan itu bukanlah kerjasama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris. Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, ummat Islam tidak memainkan peranan utama. Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan terhadap Inggris Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merubah pandangan Inggris terhadap ummat Islam India. Dan sementara itu kepada ummat Islam ia anjurkan supaya jangan mengambil sikap melawan, tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan Inggris. Cita - citanya untuk menjalani hubungan baik antara Inggris dan umat islam, agar ummat islam dapat di tolong dari kemunduranya , dapat di wujudkan di masa hidupnya.
2.        Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa ummat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di barat. Dasar peradaban baru ini ialah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu akal mendapat penghargaan tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan. Tetapi sebagai orang Islam yang percaya kapada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan dan kebebasan akal mempunyai batas, ia percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan melakukan perbuatan. Alam, berjalan dan beredar sesuai dengan hukum alam yang telah ditentukan Tuhan. Segalanya dalam alam terjadi menurut hukum sebab akibat. Tetapi wujud semuanya tergantung pada sebab pertama yaitu Allah SWT. Kalau ada sesuatu yang putus hubungannya dengan sebab pertama, maka wujud sesuatu itu akan lenyap.
3.        Sayyid Ahmad Khan menolak faham Taklid bahkan tidak segan-segan menyerang faham ini. Sumber ajaran Islam menurut pendapatnya hanyalah Al Qur’an dan Al Hadist. Pendapat ulama’ di masa lampau tidak mengikat bagi ummat Islam dan diantara pendapat mereka ada yang tidak sesuai lagi dengan zaman modern. Pendapat serupa itu dapat ditinggalkan. Masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan dan oleh karena itu perlu diadakan ijtihad baru untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam dengan suasana masyarakat yang berubah itu. Dalam mengadakan ijtihad, ijma’ dan qiyas baginya tidak merupakan sumber ajaran Islam yang bersifat absolute. Hadits juga tidak semuanya diterimanya karena ada hadits buat-buatan. Hadits dapat ia terima sebagai sumber hanya setelah diadakan penelitian yang seksama tentang keasliannya.
4.        Yang menjadi dasar bagi sistem perkawinan dalam Islam, menurut pendapatnya, adalah sistem monogamy, dan bukan sistem poligami sebagaimana telah dijelaskan oleh ulama’-ulama’ dizaman itu. Poligami tidak dianjurkan tetapi dibolehkan dalam kasus-kasus tertentu. Hukum pemotongan tangan bagi pencuri bukan suatu hukum yang wajib dilaksanakan, tetapi hanya merupakan hukum maksimal yang dijatuhkan dalam keadaan tertentu. Disamping hukum potong tangan terdapat hukum penjara bagi pencuri. Perbudakan yang disebut dalam Al Qur’an hanyalah terbatas pada hari-hari pertama dari perjuangan Islam. Sesudah jatuh dan menyerahnya kota Makkah, perbudakan tidak dibolehkan lagi dalam Islam. Tujuan sebenarnya dari do’a ialah merasakan kehadiran Tuhan, dengan lain kata do’a diperlukan untuk urusan spiritual dan ketenteraman jiwa. Faham bahwa tujuan do’a adalah meminta sesuatu dari Tuhan dan bahwa Tuhan mengabulkan permintaan itu, ia tolak. Kebanyakan do’a yang demikian, ia menjelaskan tidak pernah dikabulkan Tuhan.
5.        Dalam ide politik, Sayyid Ahmad Khan, berpendapat bahwa ummat Islam merupakan satu ummat yang tidak dapat membentuk suatu Negara dengan ummat Hindu. Ummat Islam harus mempunyai Negara tersendiri,. Bersatu dengan ummat Hindu dalam satu Negara akan membuat minoritas Islam yang rendah kemajuannya, akan lenyap dalam mayoritas ummat Hindu yang lebih tinggi kemajuannya[20]



BAB 3. PENUTUP
KESIMPULAN
            Sayid Ahmad Khan mengisi kekosongan yang besar dalam kehidupan komonitas muslim dengan hilangnya kekuasaan Muslim. Tetapi ia juga berbuat lebih dari itu. Umurnya yang panjang, hampir satu abad, menjembatani jurang antara Islam abad pertengahan dan Islam modern di India. Ia sendiri merupakan peninggalan dari zaman kebesaran raja-raja Mughal Agung dan masuk dalam suatu era baru. Sayid Ahmad member umat Muslim India suatu keutuhan baru, kebijaksanaan politik baru, cita-cita pendidikan baru, prosa baru, pendekatan baru terhadap masalah-masalah individu dan nasional mereka, dan mendirikan suatu organisasi yang bisa membawa cita-cita tersebut. Ia menyatukan umat muslim india dan menjadai oendekar pertama dari bangasa yang baru.
Ide-ide yang dilontarkan oleh Ahmad Khan banyak persamaanya dengan apa yang digagas oleh Muhammad Abduh. Keduanya sama-sama memberi penghargaan yang tinggi kepada akal manusia, sama-sama menganut paham qodariah, sama-sama percaya kepada hukum ciptaan Tuhan, sama-sama menentang taqlid dan membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh sebagian besar umat Islam. Hanya saja apa yang dilakukan oleh Ahmad Khan tidak dapat merata (menyeluruh), karena sebagian besar rakyat India tetap sulit menerima ide-ide yang digagasnya,  bagaimanapun juga Inggris tidak akan tinggal diam begitu saja, Mereka (pemerintahan Inggris) tetap menghendaki orang India tetap dalam keadaan keterpurukan.
Hali dalm biografi Sayid Ahmad mengatakan bahwa hidup Sayid merupakan contoh teladan. Memang, Sayid Ahmad mempunyai sifat-sifat yang luar biasa-seperti energik, ketekutan, keberanian moral, kemauan keras, kemauan besar untuk menyerap pengetahuan dari semua arah, kebijaksanaan politik yang luar biasa, rasa humor yang enak-yang tanpa itu ia tidak akan sampai kepada tingkat yang diperolehnya.
DAFTAR PUSKATA

Abdulah Rahman Haji Abdullah. 1997. Pemikir Islam Modern Di Malaysia Sejarah Dan Alirannya.Jakarta. Gema Insane Press..
Mukti Ali.  1998. Alam pikiran islam mpdern di india dan Pakistan. Bandung. Mizan anggota IKAPI.
Sumber internet:
http://Moemartblog.blogspot.nl/2012/02/pemikiran-islam-modern.html?m=1
http://Harkaman01.wordpress.com/2013/01/14/pembaharuan-dalam-islam-dan-tokoh-tokohnya/
http://Matakedip1315.wordpress.com/2013/06/05/tokoh-islam-modern/
http://soef47.wordpress.com/2009/10/14/pemikiran-kalam-ulama-modern-sayyid-ahmad-khan/
http://k-setian.blogspot.com/2011/12/pemikiran-sayyid-ahmad-khan.html


[1] Moemartblog.blogspot.nl/2012/02/pemikiran-islam-modern.html?m=1
[2] Harkaman01.wordpress.com/2013/01/14/pembaharuan-dalam-islam-dan-tokoh-tokohnya/
[3] Andersenalfatih.wordpress.com/2014/02/08/pembaharuan-pemikiran-sayyid-ahmad-khan/
[4] Mukti Ali.  Alam pikiran islam mpdern di india dan Pakistan. Bandung. Mizan anggota IKAPI. 1998. Hlm54-56
[5] Ibid. hlm. 57
[6] Ibid.hlm. 58.
[7] Ibid. hlm 60-61
[8] Ibid. hlm. 61
[9] Ibid.hlm 62
[10] Ibid.hlm. 63
[11] Ibid. hlm. 64-65
[12] Ibid. hlm. 66
[13] Ibid.hlm. 68-69
[14] Ibid. hlm. 72-73
[15] Ibid. hlm. 84-85.
[16] Matakedip1315.wordpress.com/2013/06/05/tokoh-islam-modern/
[17] Abdulah Rahman Haji Abdullah. Pemikir Islam Modern Di Malaysia Sejarah Dan Alirannya.Jakarta. Gema Insane Press. 1997. Hlm. 137-138
[18] http://soef47.wordpress.com/2009/10/14/pemikiran-kalam-ulama-modern-sayyid-ahmad-khan/
[19] http://andersenalfatih.wordpress.com/2014/02/08/pembaharuan-pemikiran-sayyid-ahmad-khan/
[20] http://k-setian.blogspot.com/2011/12/pemikiran-sayyid-ahmad-khan.html