Thursday, July 3, 2014

MAKALAH PANDANGAN DUNIA JAWA



MAKALAH
PANDANGAN DUNIA JAWA



Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Islam Dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu: Andi Cahyono S.Hi.,M.Si
Di Susun Oleh Kelompok 2 Pbs-B:
1.      Fariska Yosi  Iryanti                   122231065
2.      Faradila Novita Asri                   122231064
3.      Fida’ azizah                                 122231066
4.      Faridah Nur Azizah                    122231063
5.      Evi Novitasari                              122231062

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKATRA
TAHUN AJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat allah,tuhan yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Atas berkat rahmat dan hidayahnyalah sehingga penulis makalah ini dapat terselesaikan. Kehadiran makalah ini diharapkan dapat melengkapi tugas dalam islam dan budaya jawa. Materi-materi yang disajikan dalam makalah ini, di samping di saring dari berbagai referensi yang memuat informasi mengenai pandangan dalam kehidupan di tanah jawa, terutama yang berkaitan dengan pandangan dunia jawa.
            Makalah tentang islam dan budaya jawa ini akan menjelaskan tentang pandangan hidup orang jawa dalam dunia jawa. Di harapkan pembaca makalah ini dapat memahami isi dari makalah tetang pandangan dunia jawa ini.
            Kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama team yang akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini .






                                                                        Sukoharjo, 01 Mei 2013

                                                                                    Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                       2
DAFTAR ISI                                                                                      3
PENDAHULUAN                                                                             4
PEMBAHASAN                                                                                5
1.      MENGENAL MASYARAKAT JAWA                               5
2.      PANDANGAN JAWA MENURUT MAGNIS SUSENO  7
3.      KEPRIBADIAN MASYARAKAT JAWA                          10
4.      PANDANGAN HIDUP JAWA                                            11
PENUTUP                                                                                          12
            KESIMPULAN                                                                      12
DAFTAR PUSTAKA                                                                        13









PENDAHULUAN

            Pandangan dunia jawa menjelaskan tentang realitas satu kesatuan utuh yang bertolak ukur pada kondisi psikis dan pandangan batin masyarakat jawa. Pada hakikatnya orang jawa tidak membedakan antara sikap-sikap religius dan bukan religius. Maka jika bicara tentang dunia jawa seharusnya kita hanya bicara agama dan mitos.
            Sebelum agama-agama masuk ,beribu-ribu tahun lalu orang jawa mempercayai adanya tuhan yang di wujudkan melalui hal-hal yang nyata yang di sebut agama kejawen ,yaitu perpaduan antara anismisme, agama hindhu dan budha .namun pengaruh  agama islam dan agama Kristen ,Nampak agama ini adalah sebuah kepercayaan singkretisme .
            Secara garis besar ,orang jawa mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai kebahagian lahir dan batin melalui tepo sliro,unggah ungguhnya ,menghormati orang lain dan selalu hidup berdampingan demi tercapainya tatanan masyarakat yang harmonis.
           








PEMBAHASAN

A.    Mengenal masyarakat Jawa
Pendangan hidup orang jawa adalah  pandangan secara keseluruhan dari semua keyakinan deskriptif tentang realitas kehidupan yang di hadapi oleh manusia sangat bermakna dan di peroleh dari berbagai pengalaman  hidup. Orang jawa berprinsip “sangakan paraning  dumadi”(dari mana manusia berasal ,apa dan siapa dia pada masa kini dan kemana arah tujuan hidup yang di jalani dan tujunya.)[1]
Masyarakat jawa dengan segala pandangan hidupnya miliki karakteristik budaya yang khas, sesuai dengan kondisi masyarakatnya yaitu tentang pandangan lahir dan batin. Pandangan lahir  terkait dengan kedudukan seseorang sebagai mahluk individu dan social, sebaliknya batin terkait persoalan-persoalan yang mulia bersifat supra natural dan menduduki  tempat yang penting dalam system budaya jawa.[2]
Kekuasaan dalam paham jawa adalah suatu yang berbeda dari pengertian kekuasaan pada umumnya. Kekuasaan dimaknai sebagai kemampuan untuk memaksakan kehendak pada orang lain, agar orang-orang jawa mematuhi kehendak kita. Namun dunia jawa memaknainya segala kekuatan yang menyatakan diri dalam alam, kekuasaan adalah ungkapan energy ilahi yang tanpa bentuk, yang selalu kreatif meresapi seluruh dunia.[3]
Secara social, orang jawa memiliki orientasi utama yaitu dengan menciptakan sikap terhadap orang lain. Untuk menciptakan hal tersebut banyak orang jawa yang menghindari sikap adigang, adigung, adiguna sre dengki, panas elen, wedi isen eleng lan waspodo, serta menciptkan hubungan yang harmonis .tujuan serta pandangan orang jawa itu sama, yaitu untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin bagi anggotanya. Kebahagiaan tersebut di wujudkan sebagai hidup sejahtera, cukup sandang pangan, tempat tinggal aman dan tentram. Hubungan  masyarkat jawa adalah pengejawantahan yang lebih lanjut dari manusia dalam keluarga. Sedangkan hubungan di keluarganya adalah pengejawantahan dari hubungan manusia sebagai pribadi dengan orang lain.[4]
RITUALNYA
            Dalam masyarakat jawa ada  ritual dan tradisi yang di pertahankan  dalam agama islam sendiri terdapat tradisi-tradisi seperti[5]:
o   Tahlilan di lingkungan masyarakat islam, tahlilan itu berasal dari kata hallala yuhallilu tahlilan, artinya menbaca kalimat lailahailallah.
o   Ziarah kubur atau mengunjungi makam, kebiasaan ziarah kubur sudah menjadi pemandangan umum di masyarakat karena sejak agama islam belum masuk ke jawa masyarakat jawa pun melakukan ziarah kubur ,namun masih dalam kepercayaan hindu budha.
o   Haul,kata haul berasal dari bahasa arab artinya setahun. Biasanya peringatan seperti ini kebanyakan oleh masyarakat islam  jawa, gema haul akan terasa dasyat apabila yang meninggal itu seorang tokoh yang karismatik umpama ulama besar, atau pendiri pesantren.
Ciri khas orang jawa lainnya yaitu berkaitan dengan cara berfikir yang terobsesi oleh nilai-nilai budaya jawa seperti budi luhur, lembah manah, tepo selira dan sebagainya.[6] Nilai-nilai tersebut bertujuan mewujudkan kedamaian dan kententraman dalam kehidupanya dengan terlahirnya sikap rukun, saling menghormati, menghargai, dan menghindari konflik.


Pandangan jawa menurut Magnis Suseno
Masyarakat jawa adalah ,masyarakat yang hidup, tumbuh berkembang, dan berada dalam naungan NKRI. Masyarakat jawa mrupakan mayoritas dan dalam jumlah banyak lbih kurang 60% dari penduduk Indonesia. Orang jawa biasanya dibedakan menjadi orang jawa santri dan jawa abangan serta dibedakan menjadi dua kultural, yaitu kebudayaan pesisir dan kebudayaan pedalamn atau kejawen.
Magnis Suseno menuturkan bahwa berdasarkan bahwa golongan social, orang jawa dibedakan menjadi tiga:
1.      Wong cilik (orang kecil) yaitu masyarakat yang terdiri dari para petani dan mereka yang berpendapatan rendah.
2.      Kaum priyayi yang terdiri dari pegawai dan orang-orang intelektual.
3.      Kaum ningrat yang gaya hidupnya tidak jauh dari kaum priyayi.
Selain dibedakan golongan social, oleh Magnis Suseno, orang jawa juga dibedakan atas dasar keagamaan dalam dua kelompok yaitu:
1.      Jawa kejawen yang sering disebut abangan yang dalam kesadaran dan cara hidupnya ditentukan oleh tradisi jawa pra Islam. Kaum priyayi tradisional  hampir seluruhnya dianggap jawa kejawen, walaupun mereka seluruhnya mengaku Islam.
2.      Santri yang memehami dirinya ssebagai Islam atau orientasinya yang kuat terhadap agama Islam dan berusha untuk hidup menurut ajaran Islam. Namun sebagian besar orang Jawa termasuk golongan bukan muslim santri yaitu, namun muslim yang telah mencampurkan beberapa konsep dan cara berfikir Islam dengan pandangan asli mengenai alam kodrati dan alam adikodrati, yang sering disebut muslim kejawen.
Secara antropologi budaya, masyarakat jawa merupakan masyarakat yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa jawa bagi bahasa yang dipergunakan secara formal.Secara geografis, suku bangsa jawa mendiami tanah jawa yang meliputi wilayah Banyumas, Kedu, Jogjakrta, Surakarta, Madiun, Malang dan Kediri.[7]Sedangkan diluar wilayah tersebut dinamakan wiliyah pesisir timur.
Pandangan jawa  yakni semua keyakinan descriptis yang di pahami oleh manusia untuk menjelaskan realitas berdasarkan pengalamannya. Masyarakat  jawa tidak melihat realitas secara terpisah melainkan satu kesatuan yang utuh dan bertolak ukur pada kondisi psikis tertentu yaitu ketenangan, ketentraman ,dan keseimbangan batin.[8]
  1. Alam numinous dan dunia
Kesatuan numinus antara masyarakat alam dan alam adi kodrati .ruan lingkup  kehidupan orang jawa ialah masyarakat dan alam. Alam ada dua yaitu empiris dan metempiris atau ghaib. Alam empiris merupakan manifestasi dari adanya kekuatan ghaib. Magnis menyakini bahwa meyakini hidupnya bergantung ghaib tersebut, karna itu mereka menyikapinya dengan mengadakan ritual, antra lain : acara selamatan, ziarah makam, doa-doa, sesaji dsb.
Koordinasi menurut tinjauanmagnis, telah melahirkan sebuah koordinat?perhitungan tertentu. Perhitungan-perhitungan tersebut dapat dijumpai dalam buku risalah yang disebut  primbon
Tempat yang tepat sebagai paham kunci. Orang jawa menurut magnis tidak sepenuhnya menyadari eksistensi dirinya kecuali hanya sebatas memahami bahwa setiap perbuatan pada akhirnya akan kembali pada kekuatan ghaib “serba angker”(kosmos).[9]
  1. Yang Numinus dan Kekuasaan
Hakekat kekuasaan, kekuasaan bagi umat jawa bukan semata-mata gejala social melainkan lebih merupakan manifestasi energy kosmos yang menyeluruh Raja sebagai pemusatan kekuatan kosmis, raja menurut Magnis merupakan sosok tertentu yang memiliki kemampuan menyerap seluruh energy kosmos. Masyarakat memposisikan raja pada tingkatan syakral, juga dijadikan sebagai symbol kesejahteraan hidup.
Keratin sebagai pusat kerajaan nominus, karna memiliki posisi istimewa bagi masyarakat jawa, Magnis menganalogikan bahwa keratin bagaikan sumber cahaya yang dapat menerangi daerah sekelilingnya. Kekuasaan dan moral, kekeuasaan masyarakat jawa teretanam pada raja yang mempunyai sosok linuih, adil, bijaksana, dan cinta rakyat.[10]
  1. Kisah Dewaruci
Dewaruchi merupakan inti dari kebatinan orang jawa, bahwa inti dari kehidupan orang jawa terletak pada manumbaling kulawa ghusti melainkan pengabdian social yang harus ditunaiakan seseorang berhasil mencapai derajat tertinggi dari kehidupan.[11]
Pengertian tentang sangkan paran, yaitu asal dan tujuan hidup manusia, santan paran merupakan praktisi kehidupaan yakni ,memaknai hidup, takdir, merupakan garis-garis hidup dalam tatanan kosmos.[12]
Salah satu ciri masyarakat jawa adalah bahwa mereka merupakan masyarakat yang begitu percaya terhadap suatu kekuatan diluar alam yang mengatasi mereka .Mereka percya pada suatu hal dibalik penampakan fisik yang merka lihat.Itulah sebabnya mengapa masyarkat jawa percaya adanya roh, dan hal-hal spiritual lainya. Mereka kagum terhadap kejadian kejadian disekitar mereka, terhadap fenomena-fenomena alam yang terjadi sehari-hari yang kadang sulit dipahami rasio. Rasa kagum inilah yang melahirkan bermacam-macam ritual tradisi sebagai bentuk penghormatan terhadap alam.
Mayoritas masyarakat jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena Tuhanlah yang pertama ada sebelum sesuatu ada, dan ialah yang dengan kekuasaaNya menciptakan seluruh yang ada ini. Pusat yang dimaksud dalam pengertian ini adalah Tuhan yang dengan kekuasaanya mampu memberikan kehidupan, pemeliharaan, keseimbangan, dan kestabilan serta mampu juga menghubungkan dengan dunia atas. Pandangan orang jawa yang demikian biasa disebut Manunggaling Kawula lan Gusthi, yaitu pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral manusia adalah memperkuat hubungan vertical maka tercapailah hubungan yang harmonis.
Niels Mulder, mengatakan bahwa pandangan hidup merupakan abstraksi dari pengalaman hidup. Pandangan hidup adalah sebuah pengaturan mental dari pengalamn hidup yang kemudian dapat mengembangkan suatu sikap terhadap hidup. Ciri pandangan hidup orang jawa adalah rialitas yang mengarah kepada pembentukan kesatuan numinous antara alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat. Dengan demikian kehidupan manusia merupakan suatu perjalanan yang penuh dengan pengalaman-pengalaman yang religious.[13]
B.     Kepribadian Masyarakat Jawa
Dikatakan unik karena tingkah laku mereka yang sengaja dilakuakan dalam kombinasi berulang-ulang. Misalnya manusia jawa melarang seseorang menaiki sepedah ontel, motor atau kendaraan di halaman rumah seseorang. Hal tersebut terlarang karena menurut manusia jawa hal itu dianggap tidak sopan atau  nranyak.[14]Karena itu bila sampai di halaman rumah seseorang sepeda wajib dituntun, tidak boelh dinaiki. Kepribadian menandakan ciri epmbawaan dan pola kelakuan seseorang yang bersangkutan yang khas bagi pribadi itu sendiri.


C.    Pandangan hidup jawa
Pandangan hidup jawa bukanlah suatu agama, tetapi suatu pandangan hidup dalam arti yang luas, yang meliputi pandangan terhadap tuhan dan alam semesta ciptaan-Nya beserta posisi dan peranan manusia didalamnya. Hal itu , meliputi pula pandangan terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk pula pandangan terhadap kebudayaan manusia beserta agama-agama yang ada. Jadi selain jelas bahwa pandangan hidup jawa itu bukan suatu agama, jelas pula bahwa iapun tidak identic dengan religiositas jawa, karena cakupan pengertiannya lebih luas dari itu. Berbeda dari pendapat sementara pakar yang menyimpulkan bahwa ciri karakteristik religiositas dan pandangan hidup jawa bukanlah sinkretisme tetapi suatu semamangat yang sering kali diberi nama Tantularisme. Dinamakan demikian karena semangat ini bertumpu pada atau memancar dari ajaran Empu Tantular lewat kalimat kakawin sutasoma :Bhineka tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa,[15]bermacam-macam sebutannya, tetapi Tuhan itu satu – tidak ada kebenaran yang mendua.
Semangat Tantularisme yang merupakan sumber kekuatan jawa itu sebenarnya bukan hanya cocok untuk orang jawa.Ia bersifat universal. Oleh karena itu , Tantularisme juga merupakan sumbangan yang sebenarnya amat diperlukan oleh umat manusia sekarang ini.






PENUTUP
KESIMPULAN

            Pandangan dunia jawa bukan suatu pengertian abstrak, namun sebagai sarana dalam usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan. Tolak ukur bagi pandangan orang jawa adalah nilai pragmatisnya untuk mencapai suatu keadaan psikis tertentu yaitu, ketenangan ketentraman dan keseimbangan batin.[16]
            Pandangan dunia jawa bukanlah suatu pandangan dunia dengan cirri-ciri dan batas-batas yang pasti melainkan suatu penghayatan yang terungkap dalam berbagai lapisan masyarakat dalam wujud dan nada yang berbeda-beda.Cirri umum pandangan jawa dapat berlaku semua wujud namun ada unsur berada dalam suatu kesinambungan yang koheren dengan batas-batas yang tidak jelas.









DAFTAR PUSTAKA

Zairuul Haq,Muhammad. 2008. Mutiara Hidup Manusia Jawa. Jogjakarta. Aditya Media Publishing.
Sarjana Hadiatmaja dan Kuswa Indah. 2009. Pranata Sosial Dalam Masyarakat Jawa. Jogjakarta. CV. Grafika Indah





[6]Sarjana Hadiatmaja dan Kuswa Indah.Pranata Sosial Dalam Masyarakat Jawa(.Jogjakarta. CV. Grafika Indah. 2009),h.33
[7]Zaairul haq.Mutiara Hidup ManusiaJawa (Jogjakarta:Aditya Media Publishing, 2011), h.3
[13]Zaairul haq.Mutiara Hidup ManusiaJawa,h..7
[14]Zaairul haq.Mutiara Hidup manusia Jawa, h.8
[15]Zaairul haq.Mutiara hidup Manusia Jawa,h.10

No comments: