Thursday, July 3, 2014

MASALAH POKOK PEMBANGUNAN EKONOMI



MASALAH POKOK PEMBANGUNAN EKONOMI
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Ekonomi Pembangunan
Dosen Pembimbing: Drs. H. Muhammad Zaini. M.Sc
Di Susun Oleh:
1.    Dimas Abdulatif                122231048
2.    Eka Novitasari                    122231053
3.    Faridhah Nur Azizah          122231064
4.    Fariska Yosi Iryanti            122231065
5.    Fida’ Azizah                       122231066
PROGDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2014
KATA PENGANTAR

Allhamdulillah, patut dipanjatkan puji syukur ke hadirat Illahi atas selesainya penulisan makalah ini. Kita yakin, tanpa taufik dan hidayah-Nya, tak mungkin tulisan ini dapat dirampungkan. Shalawat dan salam di persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad saw, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah.
Ekonomi pembangunan merupakan mata kuliah yang diberikan tidak hanya terbatas di fakultas-fakultas ekonomi saja, tetapi juga di fakultas-fakultas ilmu sosila lainnya. Karenanya tidaklah mengherankan jika karya ilmiah-karya ilmiah telah banyak di terbitkan dalam bentuk buku maupun makalah.
Akhirnya, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi penyempurnaan lebih lanjut. Segala kekeliruan yang terdapat pada makalah ini bersumber dan menjadi tanggung jawab pemakalah, sedangakan semua kebenaran yang terkandung di dalamnya hanyalah berkat petunjuk-Nya dalam menuntun penulis menuju kebenaran.





Surakarta, Mei 2014

Pemakalah

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………     1
KATA PENGANTAR………………………………………………….      2
DAFTAR ISI……………………………………………………………      3
BAB. 1. PENDAHULUAN……………………………………………      4
BAB. 2. PEMBAHASAAN…………………………………………...       6
MASALAH POKOK PEMBANGUNAN EKONOMI……….      6
PERTUMBUHAN EKONOMI……………………………….        8
DISTRIBUSI PENDAPATAN……………………………….        9
KEMISKINAN………………………………………………..        11
BAB. 3. PENUTUP……………………………………………………       17
KESIMPULAN ……………………………………………….        17
SARAN ………………………………………………………..       18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………        19


BAB. 1. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perhatian secra intens terhadap masalah pembangunan ekonomi, terutama masalah pertumbuhan ekonomi dan investasi (analisis dinamis)-dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia kedua (PD II). Kurangnya perhatian sebelum PD-II ini di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain: pertama, pad amasa sebelum PD II sebagian besar Negara-negara sedang berkembang (NSB) masih merupakan daerah jajahan. Para penjajah menganggap tidak perlu untuk memikirkan masalah pembangunan daerah jajahan mereka secara serius. Mereka mencar daerah-daerah jajahan hanya untuk menciptakan daerah-daerah jajahanya tersebut.
Faktor kedua adalah kurangnya usaha para pemimpin masyarakat yang dijajah untuk membahas asalah-masalah pembangunan ekonomi. Pada saat itu mereka hanya memikirkan bagaimana caranya untuk meraih kemerdekaan. Menurut mereka pembangunan ekonomi hanya bisa dilakukan jika penjajahan telah berakhir. Sedangkan faktor ketiga adalah karena dilingkungan para ekonom, penelitian, dan analisis mengenai masalah pembangunan ekonomi relative masih sedikit. Sementara ekonom barat pada masa itu lebih memusatkan perhatian kepada masalah kemelesatan ekonom dan pengangguran, karena selama tiga decade awal abad ke-20 ini masalah depresi (malaise) dan penganggur merupakan masalah dunia yang utama.

B.    Rumusan Masalah
·           Berikan penjelasan tentang masalah pokok pembangunan ekonomi?
·           Berikan penjelasan tentang pertumbuhan ekonomi?
·           Berikan penjelasan tentang distribusi pendapatan?
·           Berikan penjelasan tentang kemiskinan?


C.    Tujuan
·           Dapat menjelasan tentang pokok pembangunan ekonomi.
·           Dapat menjelasan tentang pertumbuhan ekonomi.
·           Dapat menjelasan tentang distribusi pendapatan.
·           Dapat menjelaskan tentang kemiskinan.
BAB. 2. PEMBAHASAAN

A.      PERMASALAHAN POKOK PEMBANGUNAN EKONOMI
Studi atau telah pembangunan pada prinsipnya menggarap sungguh-sungguh terhadap masalah yang dihadapi oleh Negara-negara yang sedang berkembang. Masalahnya terletak pada hasil pembangunan masa lampau, di mana strategi pembangunan ekonomi yang menitik beratkan secara pembangunan dalam arti pertumbuhan ekonomi yang pesat, ternyata menghadapi kekecewaan. Banyak Negara dunia ketiga yang sudah mengalami pertumbuhan ekonomi, tapi sedikit sekali manfaatnya terutama dalam mengatasi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan dalam distribusi pendapatannya.
Ketimpangan dan ketidakmerataan serta pengangguran tidak hanya dalam kontek nasional, tetapi dalam konteks internasional yang memandang Negara-negara yang sedang berkembang sebagai bagian peningkatan interpedensi (saling ketergantungan) yang sangat timpang dalam system ekonomi dunia. Di Negara maju titik berat strategi pembangunan nampaknya ditekan untuk mengalihkan pertumbuhan menuju kepada usaha-usaha yang menyangkut kualitas hidup. Usaha-usaha tersebut dimanifestasikan secara prinsip dalam perubahan keadaan lingkungan hidup.
Pada prinsipnya problema-problema kemiskinan dan distribusi pendapatan menjadi sama-sama penting dalam pembangunan Negara tersebut. Penghapusan kemiskinan yang meluas dan pertumbuhan ketimpangan pendapatan merupakan pusat dari semua problema pembangunan yang banyak mempengaruhi strategi dan tujuan pembangunan. Oleh karena itu ahli ekonomi mengemukakan bahwa untuk perbaikan jurang pendapatan nasional hanya mungkin bila strategi pembangunan mengutamakan apa yang disebut keperluan mutlak, syarat minimum untuk memenuhi kebutuhan pokok, serta yang dinamakan kebutuhan dasar.


Pada gilirannya strategi ini harus memuat lima sasaran utama, yaitu:
(1)      Dipenuhinnya kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan serta peralatan sederhana dari berbagai kebutuhan yang secara luas dipandang perlu oleh masyarakat yang bersangkutan.
(2)      Dibutuhkan kesempatan yang luas untuk memperoleh berbagai jasa public, pendidikan, kesehatan, pemukiman yang dilengkapi infrastruktur yang layakserta komunikasi dan lain-lain.
(3)      Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan kerja yang produktit(termasuk menciptakan kerja sndiri), yang memungkinkan adanya balas jasa yang setimpal untuk memenuhi kebutuhan  rumah tangga.
(4)      Terbinanya prasarana yang memungkinkan produksi barang dan jasa, atau pedagang internasional untuk memperoleh keuntungan dengan kemampuan untuk menyisihkan tabungan untuk pembiayaan usaha-usaha selanjutnya, dan
(5)      Menjamin partsipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaanproyek-proyek.
Akhirnya strategi ini perlu menggunakan sumber-sumber ekonomi baik dari dalam maupun dari luar (dalam bentuk bantuan luar negeri) terutama untuk pembangunan pedesaan danpertanian.
Dengan demikian tepat, apabila inti pokok sasaran pembangunan berkisar pada pemberantasan kemiskinan, penciptaan  lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengisi kemerdekaan dalam bidang-bidang politik dengan pembangunan ekonomi dalam proses ini diwujudkan pembagian pendapatan secara adil dan merata dalam berbagai golongan masyarakat dalam ruang lingkup golongan Negara yang sedang berkembang itu sendiri, maupun antar Negara. Dengan mengusahakan secara konsisten maka sasaran kebijaksanaan itu akan tercapai secara nasional hingga Negara yang sedang berkembang berada dalam kedudukan yang makin kuat untuk memperjuangkan tata ekonomi nasional baru.
Pada akhirnya fenomena keterbelakangan haruslah ditinjau dari konteks nasionaldan internasional secara global. Kekuatan-kekuatan ekonomi, social, internal dan eksternal bertangg jawab terhadap kemiskinan dan ketidak adilan, prduktivitas yang rendah yang biasanya menjadi tanda atau karakteristik Negara sedang berkembang pada umumnya. Usaha pembangunan social ekonomi yang sukses akan memerlukan tidak hanya formalitas strategi yang tepat didalam dunia ketiga, tetapi jug suatu modifikasi tata ekonomi internasional baru yang sekarang untuk menjadikan lebih responsif terhadap kebutuhan pebangunan Negara-negara yang sedang berkembang atau Negara dunia ketiga.[1]

B.       PERTUMBUHAN EKONOMI
Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat adalah:[2]
·         Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah(lahan), peralatan fiscal, dan sumberdaya manusia (human resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada proporsi tertentu dari pendapatan sekarang yang di tabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang.
·         Pertumbuhan penduduk, dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja(labor force) secara tradisional dianggap sebagai factor yang posistif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja berarti semakin produktifitas tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestic.
·         Kemajuan teknologi, disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada 3 macam klasifikasi kemajuan teknologi yaitu, netral, hemat tenaga kerja dan hemat modal.

C.      DISTRIBUSI PENDAPATAN
1.      KONTROVERSI PERTUMBUHAN
Negara-negara maju tampaknya kini mulai lebih menekankan pada “kualitas hidup” dan hal itu antara lain dinyatakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Pertumbuhan industri memang banyak menimbulkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan hidup, seperti pencemaran udara dan air, terkurasnya sumber daya alam, serta lenyapnya keadaan alam. Di Negara-negara miskin, perhatian  utama terfokus pada dilemma kompleks antara pertumbuhan versus distribusi pendapatan. [3]
2.      BEBERAPA KONSEP DASAR: UKURAN DAN FUNGSI DISTRIBUSI PENDAPATAN
1.        Distribusi Ukuran
Pendapatan masing-masing orang (personal distribution of income) atau distribusi ukuran pendapatan (size distribution of income) merupakan indicator yang paling sering digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga. [4] Cara mendapatkan penghasilan itu tidak dipermasalahkan. Apa yang diperhatikan disini adalah berapa penghasilan seseorang, oleh karena itu para ekonom dan ahli statistik cenderung mengurutkan semua individu tersebut semata-mata berdasarkan pendapatan yang diterianya, lantas membagi total populasi menjadi sejumlah kelompok atau ukuran. Biasanya, populasi dibagi menjadi lima atau kuintil (quintilites) atau sepuluh kelompok yang disebut desil (decile) sesuai dengan pendapatan mereka, kemudian menetapka beberapa proporsi yang diterima oleh masing-masing kelompok dari pendapatan nasional total.[5]
2.        Kurva Lorenz
Kurva Lorenz adalah cara lain menganalisis distribusi pendapatan perorangan. Kurva Lorenz menunjukan hubungan antara presentase penduduk dan presentase pendapatan yang mereka terima.[6]
3.        Pembangunan Dualistik dan Penggeseran Kurva Lorenz: Beberapa Tipologi Khusus.[7]
Professor Fields menyoroti tiga tipologi pembangunan yaitu:
-       Tipologi pertumbuhan perluasan sektor modern: pada tiopologi ini, usaha pengembangan ekonomi dua-sektor bertumpu pada pembinaan dan pemekaran ukuran sektor modern tanpa mengabaikan upaya mempertahankan tingkat upah di kedua sektor.
-       Tipologi pembangunan pengayaan (enrichment) sektor modern.
-       Tipologi pertumbuhan pengayaan (enrichment) sector tradisional. Manfaat pertumbuhan tercurah secara merata ke para pekerja di sector pertanian tradisional, dan hanya sedikit saja yang menetes ke sektor industri modern.
4.        Koefisien Gini dan Ukuran Ketimpangan Agregat
Koefisian Gini adalah ukuran ketodak merataan atau ketimpangan (pendapatan/kesejahteraan) agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna).
5.        Distribusi Fungsional
Indikator distribusi pendapatan kedua yang lazim digunakan oleh kalangan ekonom adalah distribusi fungsional atau distribusi pangsa pendapatan per factor (functional or factor share distribution of income). Indicator ini berfokus pada bagian dari pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing faktor produksi (tanah, tenaga kerja dan modal).[8]

D.      KEMISKINAN
1.      Beban Kemiskinan Global
Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua Negara di dunia. Di Amerika Serikat (AS), yang tergolong Negara maja dan salah satu Negara kaya di dunia, masih terdapat jutaan orang yang tergolong miskin. Sementara itu, mereka yang hidup tidak miskin relatif miskin dibanding penduduk AS yang lainnya.
Dilain pihak, Negara miskin menghadapi masalah ‘’klasik’’ : pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Isu mendasarnya adalah tidak hanya bagaimana meningkatkan GNP namun juga siapa yang membuat ‘’kue nasional’’ itu tumbuh, segelintir orang ataukah banyak orang. Bila pertumbuhan terutama disumbang oleh golongan kaya, maka merekalah yang paling mendapat manfaat dari pertumbuhan, sementara kemiskinan dan distribusi pendapatan semakin memburuk. Namun, bila pertumbuhan disumbang oleh banyak orang, maka buah dari pertumbuhan ekonomi akan dirasakan lebih merata.
Hampir di setiap Negara, kemiskinan selalu terpusat di tempat-tempat tertentu, yaitu biasanya di pedesaan atau di daerah-daerah yang kekurangan sumber daya. Persoalan kemiskinan juga selalu berkaitan dengan masalah-masalah lain, misalnya lingkungan.
Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok-kelompok tertentu. Kaum wanita pada umumnya merupakan pihak yang dirugikan. Dalam rumah tangga miskin, mereka sering merupakan pihak yang menanggung beban kerja yang lebih berat daripada kaum pria. Demikian pula dengan anak-anak, mereka juga menderita akibat adanya ketidakmerataan tersebut dan kualitas hidup masa depan mereka terancam oleh karena tidak tercukupinya gizi, pemerataan kesehatan, dan pendidikan. Selain itu timbulnya kemiskinan sangat sering terjadi pada kelompok-kelompok minoritas tertentu.
Kemiskinan berbeda dengan ketimpangan distribusi pendapatan (inequality). Perbedaan ini sangat ditekankan. Kemiskinan berkaitan erat dengan standar hidup yang absolut dari bagian masyarakat tertentu, sedangkan ketimpangan mengacu pada standar hidup relative dari seluruh masyarakat. Pada tingkat ketimpangan yang maksimum, kekayaan dimiliki oleh satu orang saja, dan tingkat kemiskinan sangat tinggi.
2.      Garis Kemiskinan
Semua ukuran kemiskinan dipertimbangkan berdasarkan pada norma tertentu. Pilihan norma tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran kemiskinan yang didasarkan konsumsi. Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi (consumption-based poverty line) terdiri dari dua elemen, yaitu, pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya, kemudian jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Persepsi mengenai kemiskinan telah berkembang sejak lama dan sangat bervariasi anatara budaya yang satu ke budaya yang lain. Kriteria untuk membedakan penduduk miskin dengan yang tidak miskin mencerminkan prioritas nasional tertentu dan konsep normatif mengenai kesejahteraan. Namun umumnya pada saat Negara-negara menjadi lebih kaya, persepsi mengenai tingkat konsumsi minimum yang bisa diterima, yang merupakan garis batas kemiskinan, akan berubah.
Cara yang paling sederhana untuk mengukur tingkat kemiskinan adalah dengan menghitung jumlah orang miskin sebagai proporsi dari populasi. Cara yang lazim disebut dengan Headcount Index ini sangat bermanfaat, meskipun indikator ini sering dikritik karena mengabaikan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, kesenjangan kemiskinan pendapatan atau poverty gap digunakan untuk mengatasi kelemahan headcount index. Poverty gap menghitung transfer yang akan membawa pendapatan setiap penduduk miskin hingga tingkat di atas garis kemiskinan, sehingga kemiskinan dapat dilenyapkan.
3.      Penyebab Kemiskinan
Ada banyak penjelasan mengenai sebab-sebab kemiskinan. Kemiskinan massal yang terjadi di banyak Negara yang baru saja merdeka setelah Perang Dunia II memfokuskan pada keterbelakangan dari perekonomian Negara tersebut sebagai akar masalahnya. Penduduk Negara tersebut miskin karena menggantungkan diri pada sektor pertanian yang subsisten, metode produksi yang tradisional, yang seringkali dibarengi dengan sikap apatis terhadap lingkungan. Sharp, et.al mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia.
Kualitasnya sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya. Logika berpikir ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse, ekonom pembangunan ternama di tahun 1953 yang mengatakan : “a poor country is poor because it is poor” ( Negara miskin itu miskin karena dia miskin).
 










4.      Alternatif Solusi Kemiskinan
Pengalaman di Negara-negara Asia menunjukkan adanaya berbagai model mobilisasi perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan, yaitu : Pertama, mendasarkan pada mobilisasi tenaga kerja yang masih belum didayagunakan (Idle) dalam rumah tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan. Ide bahwa tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan merupakan potensi tabungan.
Kendati demikian, bila tenaga kerja tersebut diupah sesuai dengan upah sesuai dengan upah yang berlaku dan potensi tabungan direalisasikan, bebrapa cara perlu dilakukan untuk mengamankan tabungan dari dalam rumah tangga tersebut. Alternatif cara yang dapat digunakan untuk memobilisasikan tenaga kerja dan tabungan pedesaan adalah, menggunakan pajak langsung atas tanah dan menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah.
Metode yang Kedua, menitikberatkan pada transfer sumber daya dari pertanian ke industry melalui mekanisme pasar. Ide bahwa suplai tenaga kerja yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat meningkatkan tabungan dan formasi modal lewat proses pasar, mulanya tidak berkaitan sama sekali dengan mobilisasi ekonomi pedesaan. Ketersediaan tenaga kerja semacam itu dikemukakan hanya untuk menjelaskan bagaimana pangsa relative upah dan laba pada sektor kapitalis (apakah di sektor pertanian atau industri, di perekonomian pedesaan atau di kota) dapat saja dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja di sektor subsisten, yang pada gilirannya dapat memengaruhi tabungan dan investasi dalam perekonomian secara umum.
Model Ketiga, menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor pertanian menjadi sektor yang memimpin. Model ini dikenal dengan nama pertumbuhan berbasis teknologi, atau Rural-Led Development. Beberapa permasalahan dalam strategi pembangunan dengan sektor pemimpin pertanian (rural-led development) didasarkan atas kemungkinan dibukanya pertanian oleh teknologi modern. Sektor pertanian tidak hanya sebagai sumber pasok sumber daya (baik pangan, bahan baku, tenaga kerja, atau tabungan), namun sebagai sektor ynag mempu meningkatkan permintaan atas produk pertanian dan nonpertanian, dan oleh karena itu mendukung proses pertumbuhan seimbang. Proses ini akan berhasil apabila 2 syarat berikut terpenuhi, yaitu : kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi, proses ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan. Pada gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri, dan melalui investasi yang didorong.
Dampak keterkaitan dalam ekonomi pedesaan tentunya dapat lebih kuat dalam meningkatkan permintaan pangan bila proporsi kenaikan pendapatan dari pertumbuhan output bahan pangan digunakan untuk membeli produk industry pedesaan. Namun, dampak keterkaitan menjadi tidak pasti bila bagian terbesar dari kenaikan pendapatan hanya dinikmati oleh rumah tangga pemilik tanah yang berpenghasilan tinggi karena tambahan konsumsinya cenderung dialokasikan untuk komoditif dan jasa nonpertanian. Perlu juga dicatat bahwa pertumbuhan pertanian yang pasti dapat menciptakan pola pembangunan yang dipimpin pertanian hanya apabila terjadi distribusi kekayaan yang lebih merata dalam perekonomian agararis.[9]



BAB. 3. PENUTUP
KESIMPULAN
Pada prinsipnya problema-problema kemiskinan dan distribusi pendapatan menjadi sama-sama penting dalam pembangunan Negara tersebut. Penghapusan kemiskinan yang meluas dan pertumbuhan ketimpangan pendapatan merupakan pusat dari semua problema pembangunan yang banyak mempengaruhi strategi dan tujuan pembangunan.
Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat adalah:
·         Akumulasi modal
·         Pertumbuhan penduduk
·         Kemajuan teknologi
Beberapa Konsep Dasar: Ukuran Dan Fungsi Distribusi Pendapatan antara lain:
·      Distribusi Ukuran
·      Kurva Lorenz
·      Pembangunan Dualistik Dan Penggeseran Kurva Lorenz: Beberapa Tipologi Khusus
·      Koefisien Gini
·      Distribusi Fungsional
Kemiskinan di bagi dalam 4 bagian:
·      Beban kemiskinan global
·      Garis kemiskinan
·      Penyebab kemiskinan
·      Alternative solusi kemiskinan

SARAN
Untuk memajukan perekonomian di Indonesia ini bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja. Namun, kita juga sebagai generasi muda yang suatu saat akan memimpi negeri kita ini patut ikut ambil bagian dalam hal ini.


DAFTAR PUSTAKA
Licolin Arsyad. 1997. Ekonomi Pembangunan Edisi Ke 3. Yogjakarta. Stie Ykpn.
Michael P. Todaro. 1998. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga Edisi Ke 6. Jakarta. Erlangga.
Michael P. Todaro. 2003. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga Edisi Ke 8. Jakarta. Erlangga.
Mudrajad Kuncoro. 1997. Ekonomi Pembangunan. UPP AMP YKPN.
Suryana. 2000. Pembangunan Problematika Dan Pendekatan. Jakarta. Salemba Empat.




[1] Suryana. Pembangunan Problematika Dan Pendekatan. Jakarta. Salemba Empat. 2000. Hlm. 29-30
[2] Licolin Arsyad. Ekonomi Pembangunan Edisi Ke 3. Yogjakarta. Stie Ykpn. 1997. Hlm.198-203
[3] Michael P. Todaro. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga Edisi Ke 6. Jakarta. Erlangga. 1998. Hlm. 164-165
[4] Ibid. hlm. 166
[5] Michael P. Todaro. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga Edisi Ke 8. Jakarta. Erlangga. 2003. Hlm. 222
[6] Licolin arsyad. Opcit. Hlm 212-213
[7] Michael P. Todaro. Opcit. 170
[8] Ibid. hlm. 173-175
[9] Mudrajad Kuncoro, Ekonomi Pembangunan, UPP AMP YKPN, 1997.hal 101-110

No comments: