TEORI
KONSUMSI DALAM ISLAMI
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Pengantar Ekonomi Mikro
Dosen : Harun Santoso. MEI
Di Susun Oleh:
Fariska Yosi
Iryanti (122231065)
Fida’ Azizah (122231066)
Fitria Illa
Wahyu Y (122231070)
Isti
Wijayanti (122231082)
PRODI PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan Semesta Alam. Shalawat dan salam
semoga senatiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, sahabat serta
para pengikutnya hingga akhir zaman nanti.
Pemakalah
ingin mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah menggunakan makalah ini, serta
memberikan banyak sekali saran, masukan dan inspirasi untuk dapat lebih
efektif dalam menyampaikan hasil diskusi
oleh team pemakalah. Pikiran yang jernih, inspirasi dan ketekunan pemakalah ini
tidak akan terwujud tanpa dukungan penuh oleh sahabat dan keluarga yang dengan
kasih sayangnya member ketenangan dan dukungan untuk menyelesaikan makalah
teori konsumsi islam ini.
Akhirul
kata pemakalah berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi peserta sebagai
ilmu pengetahuan dan bisnis.
Surakarta, Oktober 2013
Pemakalah
DAFTAR ISI
Cover
1
Kata
pengantar 2
Daftar
isi 3
Pendahuluan
4
Pembahasan
5
Menurut
Al-Ghazali 5
Cara
Memaksimumkan Nilai Guna
6
Syarat
Pemaksimuman Nilai Guna 7
Fungsi
Nilai Guna (Utility) 7
Budget
Constrain 9
Optimal Solution 10
Penutupan
12
Kesimpulan 12
Daftar
Pustaka 14
PENDAHULUAN
Sebuah
mekanisme yang terkadang tanpa pernah kita sadari, lebih dari berjuta-juta
komoditi atau jasa tersedia, tetapi kita berhasil untuk rangkaian dan jasa
tersebut. Ketika membuat pilihan kita membuat pilihan penilaian tertentu
tentang nilai relatif segala komoditas yang berjuta-juta jenis tersebut.
Sekitar 500 tahun setelah hijrahnya Rasulullah, Imam al-Ghazali, telah mampu
menuliskan bagaimana fungsi kesejahteraan, utilitas (kepuasan) dan maxinizer
seorang muslim terbentuk.
Fungsi
utilitas, atau kepuasan yang merupakan penentu apakah suatu barang lebih
disukai atau tidak dengan barang lain. Dengan demikian teori konsumsi sangatlah
dipengaruhi oleh fungsi utilitas.
PEMBAHASAN
A. Menurut
Al-Ghazali
Dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial, Imam Al-Ghazali
mengelompokkan dan mengidentifikasi semua masalah baik yang berupa
masalih(utilitas, manfaat) maupun mafasid (disutilitas, kerusakan) dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial.
Menurut
Al-Ghazali kesejahteraan
(mashlahah) dari suatu masyarakat tergantung kepada pencarian dan pemiliharaan
lima tujuan dasar:[1]
a) Agama
(ad-dien)
b) Hidup
atau jiwa (nafs)
c) Keluarga
atau keturunan (nasl)
d) Harta
atau kekayaan (maal)
e) Intelek
atau akal (aql)
Selanjutnya
ia mengidentifakasi tiga alasan mengapa seseorang melakukan aktrifitas-aktifItas
ekonomi :
a) Mencukupi
kebutuhan hidup yang bersangkutan
b) Mensejahterakan
keluarga
c) Membantu
orang lain yang membutuhkan
Jelaslah
bahwa Ghazali tidak
hanya menyadari keinginan manusia untuk mengumpulkan kekayaan, tetapi juga kebutuhannya
untuk persiapan di masa depan. Namun demikian ia memperingatkan bahwa jika
semangat ”selalu
ingin lebih” ini menjurus kepada keserakahan dan pengejaran
nafsu pribadi maka hal itu pantas dikutuk.
Teori
tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan:
1. Pendekatan
nilai guna (utiliti) kardinal
Dianggap manfaat atau
kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif.
2. Pendekatan
nilai guna ordinal
Manfaat atau kenikmatan
yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak
dikuantifikasi.
Teori
Nilai Guna (utiliti)
Dalam
membahas mengenai nilai guna perlu dibedakan diantara dua pengertian:
1. Nilai
Guna Total
Dapat diartikan sebagai
jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan jumlah barang
tertentu.
2. Nilai
Guna Marginal
Pertambahan
(pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan atau (pengurangan)
penggunaan satu unit barang tertentu.[2]
B. Cara
Memaksimumkan Nilai Guna
Dalam
kenyataan yang sebenarnya
harga nilai barang adalah berbeda disebabkan oleh perbedaan harga tersebut pemaksimuman
nilai guna tidak akan tercapai kalau digunakan syarat pemaksimuman dalam
kepuasan. Contoh,
Harga barang A adalah tiga kali dari harga barang B dan nilai guna marginal kedua barang
tersebut sama besarnya. Berdasarkan dengan kepada permisalan ini barang manakah
yang akan memberi tambahan kepuasan (tambahan nilai guna) yang lebih besar? Ia
akan diperoleh apabila yang dibeli dan dikonsumsikan
adalah barang B dan bukan barang A. Satu unit barang nilai B akan memberi nilai
guna marginal yang sama besarnya dengan barang A, tetapi untuk memperolehnya ia
cukup mengeluarkan sebanyak sepertiga dari harga barang A, dan sekiranya
konsumen tersebut membeli tiga barang B, nilai guna tambahan yang akan diperoleh adalah tiga kali
daripada nilai guna tambahan yang diperoleh dari mengkonsumsikan barang A,
sedangkan jumlah uang yang dibayar
adalah sama besarnya.
C. Syarat
Pemaksimuman Nilai Guna
Syarat
yang harus dipenuhi adalah setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit
tambahan berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama
besarnya. Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang
dikonsumsikannya apabila perbandingan nilai guna marginal berbagai barang tersebut
adalah sama dengan perbandingan barang-barang tersebut.
Ada
dua faktor yang menyebabkan permintaan ke atas suatu barang berubah apabila
harga barang itu mengalami perubahan:
a) Efek
penggantian
Perubahan harga suatu
barang menyebabkan nilai guna marginal perupiah dari barang yang mengalami
perubahan harga tersebut. Kalau harga mengalami kenaikan, nilai guna marginal
perupiah yang di wujudkan oleh barang tersebut menjadi semakin rendah.
b) Efek
pendapatan
Kalau pendapatan
mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil menjadi
sedikit dengan perkataan lain, kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli
barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya.[3]
Dalam
ilmu ekonomi tingkat kepuasan (utility function) di gambarkan oleh kurva
indiferen (indifference curv). Biasanya yang di gambarkan adalah utility function barang atau jasa yang
keduanya disukai oleh konsumen.
Dalam
membangun teori utility function digunakan tiga aksioma pilihan rasional:
1. Completeness
Mengatakan
bahwa setiap individu slalu dapat menentukan keadaan mana yang lebih di
sukainya diantara dua keadaan.
2. Transitivity
Ini
memastikan adanya konsistensi internal dalam diri individu dalam mengambil
keputusan.
3. Continuity
Aksioma ini menjelaskan tentang jika seorang individu mengatakan “A lebih
disukai daripada B,”maka keadaan yang mendekati A pasti juga lebih disukai
draipada B.
Ketiga asumsi ini dapat kita terjemahkan ke dalam
bentuk geometris yang selanjutnya lebih sering kita kenal dengan kurva
indiferen( selanjutnya kita tulis IC). IC adalah sebuah kurva yang melambangkan
tingkat kepuasaan konstan, atau sebagai tempat kedudukan masing-masing titik
yang melambangkan kombinasi dua macam kombinasi atau lebih yang memberikan
tingkat kepuasan yang sama.
Kombinasi titik yang berbeda pada kurva indifference
yang sama memberikan tingkat kepuasan yang sama, sedangkan bila berada pada
kurva indifference yang berbeda maka memiliki tingkat kepuasan yang berbeda
pula.
Tingkat
Substitusi Marginal
Tingkat
kesediaan untuk menukar komoditas dengan komuditas lain inilah yang dalam
literatur konvensional kita kenal dengan subtistusi marginal x untuk y, atau
MRSxy yaitu :
MRSxy= =
MRSxy= jumlah unit komoditas y yang harus dikorbankan untuk
mendapatkan tambahan satu unit komoditas x, dalam tingkat kepuasan yang sama.[5]
Increasing
Utiliti
Semakin tinggi indeferen curve
berarti semakin banyak yang dapat di konsumsi, yang berarti semakin tinggi
tingkat kepuasan konsumen. Contoh, kepuasan yang di dapat dari mengkonsumsi
piring pertama soto ayam lebih tinggi daripada kepuasan mengkonsumsi soto ayam
piring kedua, ketiga, dan seterusnya.
Dalam islam cara pikir ini juga di
temukan Rosullullah SAW bersabda,” orang beriman yang kuat lebih baik dan lebih
di cintai dari pada orang beriman yang lemah”. Dalam hadist lain bermakna, “
iri hati itu dilarang kecuali terhadap dua jenis orang yaitu, orang berilmu
yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya, dam orang yang kaya yang
membelanjakan hartanya di jalan Allah.”. jadi dalam konsep islam pun di akui
bahwa yang melebihi banyak (tentunya yang halal) lebih baik.
Barang Halal, Haram, Dan Analisis Kurva Indifference
Kesejahteraan
konsumen akan meningkat jika ia mengkonsumsi lebih banyak barang yang
bermanfaat, halal dan mengurangi mengkonsumsi barang yang buruk atau haram.
Dalam islam sudah jelas dan cukup rinci menklasifikasikan mana barang halal dan
mana barang buruk. Islam juga menghalalkan apa yang sudah di tetapkan haram dan
mengharamkan apa yang sudah menjadi halal.[6]
(QS.
Al- Maidah : 87-88)
Surplus Konsumen
Teori
nilai guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya kelebihan kepuasan yang
dinikamati oleh para konsumen. Kelebihan kepuasan ini dalam, analisis ekonomi
di kenal sebagai surplus konsumen. Surplus konsumen pada hakikatnya berarti
perbedaan di antara kepuasan yang diperoleh seseorang di dalam mengkonsumsi
sejumlah barang dengan pembayaran yag harus dibuat untuk memperoleh barang
tersebut. Kepuasan yang di peroleh selalu lebih besar daripada pembayaran yang
dibuat.[7]
E.
Budget Constrain
Rasulullah SAW pernah menggambarkan
hubungan antara cita-cita atau keinginan manusia dengan hambatan yang
dijumpainya. Beliau menggambar empat persegi panjang. Kemudian dari
tengah-tengah ditarik garis panjang sampai keluar. Kemudian beliau
menggambarkan garis pendek-pendek disebelah garis yang ditengah, seraya berkata
bahwa “ini adalah manusia dan empat persegi panjang yang mengelilinginya adalah
ajal. Garis yang diluar ini adalah cita-citanya. Serta garis yang pendek-pendek
adalah hambatan-hambatannya. Apabila ia dapat menghadapi hambatan yang satu, maka
ia akan menghadapi hambatan yang lain. Dan apabila ia dapat mengatasi hambatan
yang lain, maka ia akan menghadapihambatan yang lain lagi.” [8]
Visualisasi Hadits Rasulullah
tentang keinginan Manusia dalam hidupnya
Dalam teori konsumsi, hadits tentang
cita-cita dan segala macam hambatan ini bisa digunakan untuk menerangkan
tentang batasan seseorang dalam memaksimalkan utility konsumsinya.
Selain faktor norma konsumsi dalam Islam, keinginan untuk memaksimalkan utility
function ditentukan juga oleH berapa dana yang tersedia untuk membeli kedua
jenis barang tersebut. Batasan ini disebut budget constrain, yang secara
matematis ditulis :
I = PxX + PyY
Persamaan tersebut dapat dijelaskan
dalam grafik persamaan garis budget. Kombinasi titik dibawah budget
line menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk mengkonsumsi barang x dan
barang y. Jumlah dana yang digunakan tersebut lebih kecil daripada dana yang
tersedia (daerah yang diarsir).
F. Optimal
Solution
Sesuai
asumsi rasionalitas, maka konsumsi seorang muslim akan selalu rasional. Oleh
sebab itu, pengambilan keputusan selalu didasarkan pada perbandingan antar
berbagai preferensi, peluang dan manfaat serta mudharat yang ada. Konsumen yang
rasional selalu berusaha menggapai preferensi tertinggi dari peluang dan
manfaat yang tersedia. Konsumen yang rasional akan memilih kombinasi komoditas
yang akan memberikan utilitas paling besar. Utilitas di sini meliputi maslahah
dan mudharat yang ditimbulkan dari mengkonsumsi komoditas tersebut. Kombinasi
konsumsi yang memberikan kepuasan konsumen muslim secara maksimal adalah
optimalitas atau titik optimal bagi konsumen. Dimana kepuasan maksimum seorang
konsumen terjadi pada titik persinggungan antara kurva indiferen dan budget
line. Pilihan optimalisasi konsumen ada dua cara, yaitu :
a.
Memaksimalkan
utility function pada budget line tertentu
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut
Al-Ghazali kesejahteraan
(mashlahah) dari suatu masyarakat tergantung kepada pencarian dan pemiliharaan
lima tujuan dasar:
f) Agama
(ad-dien).
g) Hidup
atau jiwa (nafs).
h) Keluarga
atau keturunan (nasl).
i)
Harta atau kekayaan
(maal).
j)
Intelek atau akal
(aql).
Selanjutnya
ia mengidentifakasi tiga alasan mengapa seseorang melakukan
aktrifitas-aktifItas ekonomi :
d) Mencukupi
kebutuhan hidup yang bersangkutan.
e) Mensejahterakan
keluarga.
f) Membantu
orang lain yang membutuhkan.
Teori
tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan:
1. Pendekatan
nilai guna (utiliti) kardinal
2. Pendekatan
nilai guna ordinal
Dalam
membahas mengenai nilai guna perlu dibedakan diantara dua pengertian:
1. Nilai
Guna Total
2. Nilai
Guna Marginal
Ada
dua faktor yang menyebabkan permintaan ke atas suatu barang berubah apabila
harga barang itu mengalami perubahan:
c) Efek
penggantian
d) Efek
pendapatan
Dalam
membangun teori utility function digunakan tiga aksioma pilihan rasional:
1. Completeness
2. Transitivity
3. Continuity
DAFTAR
PUSTAKA
Ir. Adiwarman A. Karim,S.E.,M.B.A.,M.A.E.P. 2012. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta. PT
Rajawali Pers.
Sadano Sukirno. 2006. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada.
http://wwws.teorikonsumsiislam.co.id/
No comments:
Post a Comment