MAKALAH
PANDANGAN DUNIA JAWA
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Islam Dan Budaya Jawa”
Dosen
Pengampu: Andi Cahyono S.Hi.,M.Si
Di Susun Oleh Kelompok 2 Pbs-B:
1. Fariska Yosi Iryanti 122231065
2. Faradila Novita Asri 122231064
3. Fida’
azizah 122231066
4. Faridah
Nur Azizah 122231063
5. Evi
Novitasari 122231062
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SURAKATRA
TAHUN
AJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat allah,tuhan yang mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya. Atas berkat rahmat dan hidayahnyalah sehingga penulis makalah ini
dapat terselesaikan. Kehadiran makalah ini diharapkan dapat melengkapi tugas
dalam islam dan budaya jawa. Materi-materi yang disajikan dalam makalah ini, di
samping di saring dari berbagai referensi yang memuat informasi mengenai
pandangan dalam kehidupan di tanah jawa, terutama yang berkaitan dengan
pandangan dunia jawa.
Makalah
tentang islam dan budaya jawa ini akan menjelaskan tentang pandangan hidup
orang jawa dalam dunia jawa. Di harapkan pembaca makalah ini dapat memahami isi
dari makalah tetang pandangan dunia jawa ini.
Kami
mengucapkan terima kasih atas kerjasama team yang akhirnya dapat menyelesaikan
makalah ini .
Sukoharjo,
01 Mei 2013
Kelompok
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
PENDAHULUAN 4
PEMBAHASAN 5
1. MENGENAL MASYARAKAT JAWA 5
2.
PANDANGAN JAWA MENURUT MAGNIS SUSENO 7
3. KEPRIBADIAN MASYARAKAT JAWA 10
4. PANDANGAN HIDUP JAWA 11
PENUTUP 12
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA 13
PENDAHULUAN
Pandangan dunia jawa menjelaskan tentang realitas
satu kesatuan utuh yang bertolak ukur pada kondisi psikis dan pandangan batin
masyarakat jawa. Pada hakikatnya orang jawa tidak membedakan antara sikap-sikap
religius dan bukan religius. Maka jika bicara tentang dunia jawa seharusnya
kita hanya bicara agama dan mitos.
Sebelum
agama-agama masuk ,beribu-ribu tahun lalu orang jawa mempercayai adanya tuhan
yang di wujudkan melalui hal-hal yang nyata yang di sebut agama kejawen ,yaitu
perpaduan antara anismisme, agama hindhu dan budha .namun pengaruh agama islam dan agama Kristen ,Nampak agama
ini adalah sebuah kepercayaan singkretisme .
Secara
garis besar ,orang jawa mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai kebahagian
lahir dan batin melalui tepo sliro,unggah ungguhnya ,menghormati orang lain dan
selalu hidup berdampingan demi tercapainya tatanan masyarakat yang harmonis.
PEMBAHASAN
A. Mengenal masyarakat Jawa
Pendangan hidup orang jawa adalah pandangan secara keseluruhan dari semua
keyakinan deskriptif tentang realitas kehidupan yang di hadapi oleh manusia
sangat bermakna dan di peroleh dari berbagai pengalaman hidup. Orang jawa berprinsip “sangakan
paraning dumadi”(dari mana manusia
berasal ,apa dan siapa dia pada masa kini dan kemana arah tujuan hidup yang di
jalani dan tujunya.)[1]
Masyarakat jawa dengan segala pandangan hidupnya
miliki karakteristik budaya yang khas, sesuai dengan kondisi masyarakatnya
yaitu tentang pandangan lahir dan batin. Pandangan lahir terkait dengan kedudukan seseorang sebagai
mahluk individu dan social, sebaliknya batin terkait persoalan-persoalan yang mulia
bersifat supra natural dan menduduki tempat
yang penting dalam system budaya jawa.[2]
Kekuasaan dalam paham jawa adalah suatu yang berbeda
dari pengertian kekuasaan pada umumnya. Kekuasaan dimaknai sebagai kemampuan
untuk memaksakan kehendak pada orang lain, agar orang-orang jawa mematuhi
kehendak kita. Namun dunia jawa memaknainya segala kekuatan yang menyatakan
diri dalam alam, kekuasaan adalah ungkapan energy ilahi yang tanpa bentuk, yang
selalu kreatif meresapi seluruh dunia.[3]
Secara social, orang jawa memiliki orientasi utama
yaitu dengan menciptakan sikap terhadap orang lain. Untuk menciptakan hal
tersebut banyak orang jawa yang menghindari sikap adigang, adigung, adiguna sre
dengki, panas elen, wedi isen eleng lan waspodo, serta menciptkan hubungan yang
harmonis .tujuan serta pandangan orang jawa itu sama, yaitu untuk mencapai
kebahagiaan lahir dan batin bagi anggotanya. Kebahagiaan tersebut di wujudkan
sebagai hidup sejahtera, cukup sandang pangan, tempat tinggal aman dan tentram.
Hubungan masyarkat jawa adalah
pengejawantahan yang lebih lanjut dari manusia dalam keluarga. Sedangkan
hubungan di keluarganya adalah pengejawantahan dari hubungan manusia sebagai
pribadi dengan orang lain.[4]
RITUALNYA
Dalam masyarakat jawa ada ritual
dan tradisi yang di pertahankan dalam
agama islam sendiri terdapat tradisi-tradisi seperti[5]:
o Tahlilan di lingkungan masyarakat islam, tahlilan itu
berasal dari kata hallala yuhallilu tahlilan, artinya menbaca kalimat
lailahailallah.
o Ziarah kubur atau mengunjungi makam, kebiasaan ziarah
kubur sudah menjadi pemandangan umum di masyarakat karena sejak agama islam
belum masuk ke jawa masyarakat jawa pun melakukan ziarah kubur ,namun masih
dalam kepercayaan hindu budha.
o
Haul,kata haul
berasal dari bahasa arab artinya setahun. Biasanya
peringatan seperti ini kebanyakan oleh masyarakat islam jawa, gema haul akan terasa dasyat apabila
yang meninggal itu seorang tokoh yang karismatik umpama ulama besar, atau pendiri pesantren.
Ciri
khas orang jawa lainnya yaitu berkaitan dengan cara berfikir yang terobsesi
oleh nilai-nilai budaya jawa seperti budi luhur, lembah manah, tepo selira
dan sebagainya.[6]
Nilai-nilai tersebut bertujuan mewujudkan kedamaian dan
kententraman dalam kehidupanya dengan terlahirnya sikap rukun, saling
menghormati, menghargai, dan menghindari konflik.
Pandangan jawa menurut Magnis Suseno
Masyarakat jawa adalah ,masyarakat yang
hidup, tumbuh berkembang, dan berada dalam naungan NKRI. Masyarakat jawa
mrupakan mayoritas dan dalam jumlah banyak lbih kurang 60% dari penduduk
Indonesia. Orang jawa biasanya dibedakan menjadi orang jawa santri dan jawa
abangan serta dibedakan menjadi dua kultural, yaitu kebudayaan pesisir dan
kebudayaan pedalamn atau kejawen.
Magnis Suseno menuturkan bahwa berdasarkan
bahwa golongan social, orang jawa dibedakan menjadi tiga:
1. Wong cilik (orang kecil) yaitu masyarakat
yang terdiri dari para petani dan mereka yang berpendapatan rendah.
2. Kaum priyayi yang terdiri dari pegawai dan
orang-orang intelektual.
3. Kaum ningrat yang gaya hidupnya tidak jauh
dari kaum priyayi.
Selain dibedakan golongan social, oleh
Magnis Suseno, orang jawa juga dibedakan atas dasar keagamaan dalam dua
kelompok yaitu:
1. Jawa kejawen yang sering disebut abangan
yang dalam kesadaran dan cara hidupnya ditentukan oleh tradisi jawa pra Islam.
Kaum priyayi tradisional hampir
seluruhnya dianggap jawa kejawen, walaupun mereka seluruhnya mengaku Islam.
2. Santri yang memehami dirinya ssebagai Islam
atau orientasinya yang kuat terhadap agama Islam dan berusha untuk hidup
menurut ajaran Islam. Namun sebagian besar orang Jawa termasuk golongan bukan
muslim santri yaitu, namun muslim yang telah mencampurkan beberapa konsep dan
cara berfikir Islam dengan pandangan asli mengenai alam kodrati dan alam
adikodrati, yang sering disebut muslim kejawen.
Secara antropologi budaya, masyarakat jawa
merupakan masyarakat yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa jawa
bagi bahasa yang dipergunakan secara formal.Secara geografis, suku bangsa jawa
mendiami tanah jawa yang meliputi wilayah Banyumas, Kedu, Jogjakrta, Surakarta,
Madiun, Malang dan Kediri.[7]Sedangkan
diluar wilayah tersebut dinamakan wiliyah pesisir timur.
Pandangan jawa yakni semua keyakinan descriptis yang di
pahami oleh manusia untuk menjelaskan realitas berdasarkan pengalamannya. Masyarakat
jawa tidak melihat realitas secara
terpisah melainkan satu kesatuan yang utuh dan bertolak ukur pada kondisi psikis
tertentu yaitu ketenangan, ketentraman ,dan keseimbangan batin.[8]
- Alam numinous dan dunia
Kesatuan numinus antara masyarakat alam dan
alam adi kodrati .ruan lingkup kehidupan
orang jawa ialah masyarakat dan alam.
Alam ada dua yaitu empiris dan metempiris atau ghaib. Alam empiris
merupakan manifestasi dari adanya kekuatan ghaib. Magnis
menyakini bahwa meyakini hidupnya bergantung ghaib tersebut, karna itu mereka
menyikapinya dengan mengadakan ritual, antra lain : acara selamatan, ziarah
makam, doa-doa, sesaji dsb.
Koordinasi menurut tinjauanmagnis, telah
melahirkan sebuah koordinat?perhitungan tertentu. Perhitungan-perhitungan
tersebut dapat dijumpai dalam buku risalah yang disebut primbon
Tempat yang tepat sebagai paham kunci. Orang
jawa menurut magnis tidak sepenuhnya menyadari eksistensi dirinya kecuali hanya
sebatas memahami bahwa setiap perbuatan pada akhirnya akan kembali pada
kekuatan ghaib “serba angker”(kosmos).[9]
- Yang Numinus dan Kekuasaan
Hakekat kekuasaan, kekuasaan bagi umat jawa
bukan semata-mata gejala social melainkan lebih merupakan manifestasi energy
kosmos yang menyeluruh Raja sebagai pemusatan kekuatan kosmis, raja menurut
Magnis merupakan sosok tertentu yang memiliki kemampuan menyerap seluruh energy
kosmos. Masyarakat memposisikan raja pada tingkatan syakral, juga dijadikan
sebagai symbol kesejahteraan hidup.
Keratin sebagai pusat kerajaan nominus,
karna memiliki posisi istimewa bagi masyarakat jawa, Magnis menganalogikan
bahwa keratin bagaikan sumber cahaya yang dapat menerangi daerah sekelilingnya.
Kekuasaan dan moral, kekeuasaan masyarakat jawa teretanam pada raja yang
mempunyai sosok linuih, adil, bijaksana, dan cinta rakyat.[10]
- Kisah Dewaruci
Dewaruchi merupakan inti dari kebatinan
orang jawa, bahwa inti dari kehidupan orang jawa terletak pada manumbaling
kulawa ghusti melainkan pengabdian social yang harus ditunaiakan seseorang
berhasil mencapai derajat tertinggi dari kehidupan.[11]
Pengertian tentang sangkan paran, yaitu
asal dan tujuan hidup manusia, santan paran merupakan praktisi kehidupaan yakni
,memaknai hidup, takdir, merupakan garis-garis hidup dalam tatanan kosmos.[12]
Salah satu ciri masyarakat jawa adalah bahwa
mereka merupakan masyarakat yang begitu percaya terhadap suatu kekuatan diluar
alam yang mengatasi mereka .Mereka percya pada suatu hal dibalik penampakan
fisik yang merka lihat.Itulah sebabnya mengapa masyarkat jawa percaya adanya
roh, dan hal-hal spiritual lainya. Mereka kagum terhadap kejadian kejadian
disekitar mereka, terhadap fenomena-fenomena alam yang terjadi sehari-hari yang
kadang sulit dipahami rasio. Rasa kagum inilah yang melahirkan bermacam-macam
ritual tradisi sebagai bentuk penghormatan terhadap alam.
Mayoritas masyarakat jawa percaya bahwa
Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena Tuhanlah yang
pertama ada sebelum sesuatu ada, dan ialah yang dengan kekuasaaNya menciptakan
seluruh yang ada ini. Pusat yang dimaksud dalam pengertian ini adalah Tuhan
yang dengan kekuasaanya mampu memberikan kehidupan, pemeliharaan, keseimbangan,
dan kestabilan serta mampu juga menghubungkan dengan dunia atas. Pandangan
orang jawa yang demikian biasa disebut Manunggaling Kawula lan Gusthi, yaitu
pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral manusia adalah memperkuat
hubungan vertical maka tercapailah hubungan yang harmonis.
Niels Mulder, mengatakan bahwa pandangan
hidup merupakan abstraksi dari pengalaman hidup. Pandangan hidup adalah sebuah
pengaturan mental dari pengalamn hidup yang kemudian dapat mengembangkan suatu
sikap terhadap hidup. Ciri pandangan hidup orang jawa adalah rialitas yang
mengarah kepada pembentukan kesatuan numinous antara alam nyata, masyarakat,
dan alam adikodrati yang dianggap keramat. Dengan demikian kehidupan manusia
merupakan suatu perjalanan yang penuh dengan pengalaman-pengalaman yang
religious.[13]
B. Kepribadian Masyarakat Jawa
Dikatakan unik karena tingkah laku mereka
yang sengaja dilakuakan dalam kombinasi berulang-ulang. Misalnya manusia jawa
melarang seseorang menaiki sepedah ontel, motor atau kendaraan di halaman rumah
seseorang. Hal tersebut terlarang karena menurut manusia jawa hal itu dianggap
tidak sopan atau nranyak.[14]Karena
itu bila sampai di halaman rumah seseorang sepeda wajib dituntun, tidak boelh
dinaiki. Kepribadian menandakan ciri epmbawaan dan pola kelakuan seseorang yang
bersangkutan yang khas bagi pribadi itu sendiri.
C. Pandangan hidup jawa
Pandangan hidup jawa bukanlah suatu agama,
tetapi suatu pandangan hidup dalam arti yang luas, yang meliputi pandangan
terhadap tuhan dan alam semesta ciptaan-Nya beserta posisi dan peranan manusia
didalamnya. Hal itu , meliputi pula pandangan terhadap segala aspek kehidupan
manusia, termasuk pula pandangan terhadap kebudayaan manusia beserta
agama-agama yang ada. Jadi selain jelas bahwa pandangan hidup jawa itu bukan
suatu agama, jelas pula bahwa iapun tidak identic dengan religiositas jawa,
karena cakupan pengertiannya lebih luas dari itu. Berbeda dari pendapat
sementara pakar yang menyimpulkan bahwa ciri karakteristik religiositas dan
pandangan hidup jawa bukanlah sinkretisme tetapi suatu semamangat yang sering
kali diberi nama Tantularisme. Dinamakan demikian karena semangat ini bertumpu
pada atau memancar dari ajaran Empu Tantular lewat kalimat kakawin sutasoma :Bhineka
tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa,[15]bermacam-macam
sebutannya, tetapi Tuhan itu satu – tidak ada kebenaran yang mendua.
Semangat Tantularisme yang merupakan sumber
kekuatan jawa itu sebenarnya bukan hanya cocok untuk orang jawa.Ia bersifat
universal. Oleh karena itu , Tantularisme juga merupakan sumbangan yang
sebenarnya amat diperlukan oleh umat manusia sekarang ini.
PENUTUP
Pandangan dunia jawa bukan suatu pengertian abstrak, namun sebagai
sarana dalam usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam menghadapi
masalah-masalah kehidupan. Tolak ukur bagi pandangan orang jawa adalah nilai
pragmatisnya untuk mencapai suatu keadaan psikis tertentu yaitu, ketenangan
ketentraman dan keseimbangan batin.[16]
Pandangan
dunia jawa bukanlah suatu pandangan dunia dengan cirri-ciri dan batas-batas
yang pasti melainkan suatu penghayatan yang terungkap dalam berbagai lapisan
masyarakat dalam wujud dan nada yang berbeda-beda.Cirri umum pandangan jawa
dapat berlaku semua wujud namun ada unsur berada dalam suatu kesinambungan yang
koheren dengan batas-batas yang tidak jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Zairuul Haq,Muhammad. 2008. Mutiara Hidup Manusia Jawa.
Jogjakarta. Aditya Media Publishing.
Sarjana Hadiatmaja dan Kuswa Indah. 2009. Pranata Sosial Dalam
Masyarakat Jawa. Jogjakarta. CV. Grafika Indah
http://waromuhammad.blogspot.com/2012/02/kepercayaan-ritual-dan-pandangan-hidup.html 02-04-2013 jam 9.30
http://nunonugroz.wordpress.com/2010/12/30/hakikat-kekuasaan-dalam-pandangan-dunia-jawa/ 02-04-2013 jam 9.30
http://nahdariyani.blogspot.com/2012/04/pandangan-dunia-jawa.html02-04-2013
jam 9.30
http://kesunyianku.wordpress.com/2008/10/19/pandangan-dunia-jawa/#more-18902-04-2013
jam 9.30
No comments:
Post a Comment