MASALAH POKOK PEMBANGUNAN EKONOMI
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Ekonomi Pembangunan
Dosen Pembimbing: Drs. H. Muhammad
Zaini. M.Sc
Di Susun Oleh:
1. Dimas
Abdulatif 122231048
2. Eka
Novitasari 122231053
3. Faridhah
Nur Azizah 122231064
4. Fariska
Yosi Iryanti 122231065
5. Fida’
Azizah 122231066
FAKULTAS
EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
INSTITUTE AGAMA
ISLAM NEGERI SURAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah, patut dipanjatkan puji syukur ke hadirat
Illahi atas selesainya penulisan makalah ini. Kita yakin, tanpa taufik dan
hidayah-Nya, tak mungkin tulisan ini dapat dirampungkan. Shalawat dan salam di
persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad saw, semoga beliau senantiasa dirahmati
Allah.
Ekonomi pembangunan merupakan mata kuliah yang diberikan
tidak hanya terbatas di fakultas-fakultas ekonomi saja, tetapi juga di
fakultas-fakultas ilmu sosila lainnya. Karenanya tidaklah mengherankan jika
karya ilmiah-karya ilmiah telah banyak di terbitkan dalam bentuk buku maupun
makalah.
Akhirnya, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan lebih lanjut. Segala kekeliruan yang terdapat pada
makalah ini bersumber dan menjadi tanggung jawab pemakalah, sedangakan semua
kebenaran yang terkandung di dalamnya hanyalah berkat petunjuk-Nya dalam
menuntun penulis menuju kebenaran.
Surakarta, Mei 2014
Pemakalah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………. 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………… 3
BAB. 1. PENDAHULUAN…………………………………………… 4
BAB. 2. PEMBAHASAAN…………………………………………... 6
MASALAH POKOK PEMBANGUNAN
EKONOMI………. 6
PERTUMBUHAN EKONOMI………………………………. 8
DISTRIBUSI
PENDAPATAN………………………………. 9
KEMISKINAN……………………………………………….. 11
BAB. 3. PENUTUP…………………………………………………… 17
KESIMPULAN ………………………………………………. 17
SARAN ……………………………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 19
BAB. 1. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perhatian secra intens terhadap masalah
pembangunan ekonomi, terutama masalah pertumbuhan ekonomi dan investasi
(analisis dinamis)-dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia kedua (PD II).
Kurangnya perhatian sebelum PD-II ini di sebabkan oleh beberapa faktor antara
lain: pertama, pad amasa sebelum PD II sebagian besar Negara-negara sedang
berkembang (NSB) masih merupakan daerah jajahan. Para penjajah menganggap tidak
perlu untuk memikirkan masalah pembangunan daerah jajahan mereka secara serius.
Mereka mencar daerah-daerah jajahan hanya untuk menciptakan daerah-daerah
jajahanya tersebut.
Faktor kedua adalah kurangnya usaha para
pemimpin masyarakat yang dijajah untuk membahas asalah-masalah pembangunan
ekonomi. Pada saat itu mereka hanya memikirkan bagaimana caranya untuk meraih
kemerdekaan. Menurut mereka pembangunan ekonomi hanya bisa dilakukan jika
penjajahan telah berakhir. Sedangkan faktor ketiga adalah karena dilingkungan
para ekonom, penelitian, dan analisis mengenai masalah pembangunan ekonomi
relative masih sedikit. Sementara ekonom barat pada masa itu lebih memusatkan
perhatian kepada masalah kemelesatan ekonom dan pengangguran, karena selama
tiga decade awal abad ke-20 ini masalah depresi (malaise) dan penganggur
merupakan masalah dunia yang utama.
B.
Rumusan Masalah
·
Berikan penjelasan tentang masalah pokok
pembangunan ekonomi?
·
Berikan penjelasan tentang pertumbuhan ekonomi?
·
Berikan penjelasan tentang distribusi pendapatan?
·
Berikan penjelasan tentang kemiskinan?
C.
Tujuan
·
Dapat menjelasan tentang pokok pembangunan
ekonomi.
·
Dapat menjelasan tentang pertumbuhan ekonomi.
·
Dapat menjelasan tentang distribusi pendapatan.
·
Dapat menjelaskan tentang kemiskinan.
BAB. 2. PEMBAHASAAN
A.
PERMASALAHAN POKOK PEMBANGUNAN EKONOMI
Studi atau telah pembangunan pada prinsipnya
menggarap sungguh-sungguh terhadap masalah yang dihadapi oleh Negara-negara
yang sedang berkembang. Masalahnya terletak pada hasil pembangunan masa lampau,
di mana strategi pembangunan ekonomi yang menitik beratkan secara pembangunan
dalam arti pertumbuhan ekonomi yang pesat, ternyata menghadapi kekecewaan.
Banyak Negara dunia ketiga yang sudah mengalami pertumbuhan ekonomi, tapi
sedikit sekali manfaatnya terutama dalam mengatasi kemiskinan, pengangguran dan
ketimpangan dalam distribusi pendapatannya.
Ketimpangan dan ketidakmerataan serta
pengangguran tidak hanya dalam kontek nasional, tetapi dalam konteks
internasional yang memandang Negara-negara yang sedang berkembang sebagai
bagian peningkatan interpedensi (saling ketergantungan) yang sangat timpang
dalam system ekonomi dunia. Di Negara maju titik berat strategi pembangunan
nampaknya ditekan untuk mengalihkan pertumbuhan menuju kepada usaha-usaha yang
menyangkut kualitas hidup. Usaha-usaha tersebut dimanifestasikan secara prinsip
dalam perubahan keadaan lingkungan hidup.
Pada prinsipnya problema-problema kemiskinan dan
distribusi pendapatan menjadi sama-sama penting dalam pembangunan Negara
tersebut. Penghapusan kemiskinan yang meluas dan pertumbuhan ketimpangan
pendapatan merupakan pusat dari semua problema pembangunan yang banyak mempengaruhi
strategi dan tujuan pembangunan. Oleh karena itu ahli ekonomi mengemukakan
bahwa untuk perbaikan jurang pendapatan nasional hanya mungkin bila strategi
pembangunan mengutamakan apa yang disebut keperluan mutlak, syarat minimum
untuk memenuhi kebutuhan pokok, serta yang dinamakan kebutuhan dasar.
Pada gilirannya strategi ini harus memuat lima
sasaran utama, yaitu:
(1) Dipenuhinnya kebutuhan sandang, pangan, dan
perumahan serta peralatan sederhana dari berbagai kebutuhan yang secara luas
dipandang perlu oleh masyarakat yang bersangkutan.
(2) Dibutuhkan kesempatan yang luas untuk
memperoleh berbagai jasa public, pendidikan, kesehatan, pemukiman yang
dilengkapi infrastruktur yang layakserta komunikasi dan lain-lain.
(3) Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan
kerja yang produktit(termasuk menciptakan kerja sndiri), yang memungkinkan
adanya balas jasa yang setimpal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
(4) Terbinanya prasarana yang memungkinkan produksi
barang dan jasa, atau pedagang internasional untuk memperoleh keuntungan dengan
kemampuan untuk menyisihkan tabungan untuk pembiayaan usaha-usaha selanjutnya,
dan
(5) Menjamin partsipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaanproyek-proyek.
Akhirnya strategi ini perlu menggunakan
sumber-sumber ekonomi baik dari dalam maupun dari luar (dalam bentuk bantuan
luar negeri) terutama untuk pembangunan pedesaan danpertanian.
Dengan demikian tepat, apabila inti pokok
sasaran pembangunan berkisar pada pemberantasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan mengisi kemerdekaan dalam bidang-bidang politik dengan
pembangunan ekonomi dalam proses ini diwujudkan pembagian pendapatan secara
adil dan merata dalam berbagai golongan masyarakat dalam ruang lingkup golongan
Negara yang sedang berkembang itu sendiri, maupun antar Negara. Dengan
mengusahakan secara konsisten maka sasaran kebijaksanaan itu akan tercapai
secara nasional hingga Negara yang sedang berkembang berada dalam kedudukan
yang makin kuat untuk memperjuangkan tata ekonomi nasional baru.
Pada akhirnya fenomena keterbelakangan haruslah
ditinjau dari konteks nasionaldan internasional secara global.
Kekuatan-kekuatan ekonomi, social, internal dan eksternal bertangg jawab
terhadap kemiskinan dan ketidak adilan, prduktivitas yang rendah yang biasanya
menjadi tanda atau karakteristik Negara sedang berkembang pada umumnya. Usaha
pembangunan social ekonomi yang sukses akan memerlukan tidak hanya formalitas
strategi yang tepat didalam dunia ketiga, tetapi jug suatu modifikasi tata
ekonomi internasional baru yang sekarang untuk menjadikan lebih responsif
terhadap kebutuhan pebangunan Negara-negara yang sedang berkembang atau Negara
dunia ketiga.[1]
B. PERTUMBUHAN EKONOMI
Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi suatu masyarakat adalah:[2]
·
Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru
yang berwujud tanah(lahan), peralatan fiscal, dan sumberdaya manusia (human resources). Akumulasi modal akan
terjadi jika ada proporsi tertentu dari pendapatan sekarang yang di tabung dan
kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang.
·
Pertumbuhan penduduk, dan hal-hal yang berhubungan
dengan kenaikan jumlah angkatan kerja(labor
force) secara tradisional dianggap sebagai factor yang posistif dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja berarti
semakin produktifitas tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan
meningkatkan potensi pasar domestic.
·
Kemajuan teknologi, disebabkan oleh cara-cara
baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan
tradisional. Ada 3 macam klasifikasi kemajuan teknologi yaitu, netral, hemat
tenaga kerja dan hemat modal.
C. DISTRIBUSI PENDAPATAN
1. KONTROVERSI PERTUMBUHAN
Negara-negara maju tampaknya
kini mulai lebih menekankan pada “kualitas hidup” dan hal itu antara lain
dinyatakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Pertumbuhan
industri memang banyak menimbulkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan
hidup, seperti pencemaran udara dan air, terkurasnya sumber daya alam, serta
lenyapnya keadaan alam. Di Negara-negara miskin, perhatian utama terfokus pada dilemma kompleks antara
pertumbuhan versus distribusi pendapatan. [3]
2. BEBERAPA KONSEP DASAR:
UKURAN DAN FUNGSI DISTRIBUSI PENDAPATAN
1.
Distribusi Ukuran
Pendapatan masing-masing orang (personal distribution of income) atau distribusi ukuran pendapatan
(size distribution of income)
merupakan indicator yang paling sering digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini
secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap
individu atau rumah tangga. [4]
Cara mendapatkan penghasilan itu tidak dipermasalahkan. Apa yang diperhatikan
disini adalah berapa penghasilan seseorang, oleh karena itu para ekonom dan
ahli statistik cenderung mengurutkan semua individu tersebut semata-mata
berdasarkan pendapatan yang diterianya, lantas membagi total populasi menjadi
sejumlah kelompok atau ukuran. Biasanya, populasi dibagi menjadi lima atau
kuintil (quintilites) atau sepuluh kelompok yang disebut desil (decile) sesuai
dengan pendapatan mereka, kemudian menetapka beberapa proporsi yang diterima
oleh masing-masing kelompok dari pendapatan nasional total.[5]
2.
Kurva Lorenz
Kurva Lorenz adalah cara lain menganalisis distribusi
pendapatan perorangan. Kurva Lorenz menunjukan hubungan antara presentase
penduduk dan presentase pendapatan yang mereka terima.[6]
3.
Pembangunan Dualistik dan
Penggeseran Kurva Lorenz: Beberapa Tipologi Khusus.[7]
Professor Fields menyoroti tiga tipologi pembangunan yaitu:
- Tipologi pertumbuhan
perluasan sektor modern: pada tiopologi ini, usaha pengembangan ekonomi
dua-sektor bertumpu pada pembinaan dan pemekaran ukuran sektor modern tanpa
mengabaikan upaya mempertahankan tingkat upah di kedua sektor.
- Tipologi pembangunan
pengayaan (enrichment) sektor modern.
- Tipologi pertumbuhan
pengayaan (enrichment) sector
tradisional. Manfaat pertumbuhan tercurah secara merata ke para pekerja di
sector pertanian tradisional, dan hanya sedikit saja yang menetes ke sektor
industri modern.
4.
Koefisien Gini dan Ukuran
Ketimpangan Agregat
Koefisian Gini adalah ukuran ketodak merataan atau
ketimpangan (pendapatan/kesejahteraan) agregat (secara keseluruhan) yang
angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan
yang sempurna).
5.
Distribusi Fungsional
Indikator distribusi pendapatan kedua yang lazim digunakan
oleh kalangan ekonom adalah distribusi fungsional atau distribusi pangsa
pendapatan per factor (functional or factor share distribution of income).
Indicator ini berfokus pada bagian dari pendapatan nasional yang diterima oleh
masing-masing faktor produksi (tanah, tenaga kerja dan modal).[8]
D. KEMISKINAN
1. Beban Kemiskinan Global
Kemiskinan
merupakan masalah yang dihadapi oleh semua Negara di dunia. Di Amerika Serikat
(AS), yang tergolong Negara maja dan salah satu Negara kaya di dunia, masih
terdapat jutaan orang yang tergolong miskin. Sementara itu, mereka yang hidup
tidak miskin relatif miskin dibanding penduduk AS yang lainnya.
Dilain pihak,
Negara miskin menghadapi masalah ‘’klasik’’ : pertumbuhan versus distribusi
pendapatan. Isu mendasarnya adalah tidak hanya bagaimana meningkatkan GNP namun
juga siapa yang membuat ‘’kue nasional’’ itu tumbuh, segelintir orang ataukah
banyak orang. Bila pertumbuhan terutama disumbang oleh golongan kaya, maka
merekalah yang paling mendapat manfaat dari pertumbuhan, sementara kemiskinan
dan distribusi pendapatan semakin memburuk. Namun, bila pertumbuhan disumbang
oleh banyak orang, maka buah dari pertumbuhan ekonomi akan dirasakan lebih
merata.
Hampir di setiap
Negara, kemiskinan selalu terpusat di tempat-tempat tertentu, yaitu biasanya di
pedesaan atau di daerah-daerah yang kekurangan sumber daya. Persoalan
kemiskinan juga selalu berkaitan dengan masalah-masalah lain, misalnya
lingkungan.
Beban kemiskinan
paling besar terletak pada kelompok-kelompok tertentu. Kaum wanita pada umumnya
merupakan pihak yang dirugikan. Dalam rumah tangga miskin, mereka sering
merupakan pihak yang menanggung beban kerja yang lebih berat daripada kaum
pria. Demikian pula dengan anak-anak, mereka juga menderita akibat adanya
ketidakmerataan tersebut dan kualitas hidup masa depan mereka terancam oleh
karena tidak tercukupinya gizi, pemerataan kesehatan, dan pendidikan. Selain
itu timbulnya kemiskinan sangat sering terjadi pada kelompok-kelompok minoritas
tertentu.
Kemiskinan berbeda
dengan ketimpangan distribusi pendapatan (inequality).
Perbedaan ini sangat ditekankan. Kemiskinan berkaitan erat dengan standar hidup
yang absolut dari bagian masyarakat tertentu, sedangkan ketimpangan mengacu
pada standar hidup relative dari seluruh masyarakat. Pada tingkat ketimpangan
yang maksimum, kekayaan dimiliki oleh satu orang saja, dan tingkat kemiskinan
sangat tinggi.
2. Garis Kemiskinan
Semua ukuran
kemiskinan dipertimbangkan berdasarkan pada norma tertentu. Pilihan norma
tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran kemiskinan yang didasarkan
konsumsi. Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi (consumption-based poverty line) terdiri dari dua elemen, yaitu,
pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan
mendasar lainnya, kemudian jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang
mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Persepsi mengenai
kemiskinan telah berkembang sejak lama dan sangat bervariasi anatara budaya
yang satu ke budaya yang lain. Kriteria untuk membedakan penduduk miskin dengan
yang tidak miskin mencerminkan prioritas nasional tertentu dan konsep normatif
mengenai kesejahteraan. Namun umumnya pada saat Negara-negara menjadi lebih
kaya, persepsi mengenai tingkat konsumsi minimum yang bisa diterima, yang merupakan
garis batas kemiskinan, akan berubah.
Cara yang paling
sederhana untuk mengukur tingkat kemiskinan adalah dengan menghitung jumlah
orang miskin sebagai proporsi dari populasi. Cara yang lazim disebut dengan Headcount Index ini sangat bermanfaat,
meskipun indikator ini sering dikritik karena mengabaikan jumlah penduduk yang
berada di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, kesenjangan kemiskinan
pendapatan atau poverty gap digunakan
untuk mengatasi kelemahan headcount index.
Poverty gap menghitung transfer yang
akan membawa pendapatan setiap penduduk miskin hingga tingkat di atas garis
kemiskinan, sehingga kemiskinan dapat dilenyapkan.
3. Penyebab Kemiskinan
Ada banyak
penjelasan mengenai sebab-sebab kemiskinan. Kemiskinan massal yang terjadi di
banyak Negara yang baru saja merdeka setelah Perang Dunia II memfokuskan pada
keterbelakangan dari perekonomian Negara tersebut sebagai akar masalahnya.
Penduduk Negara tersebut miskin karena menggantungkan diri pada sektor
pertanian yang subsisten, metode produksi yang tradisional, yang seringkali
dibarengi dengan sikap apatis terhadap lingkungan. Sharp, et.al mencoba
mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama,
secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk
miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.
Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia.
Kualitasnya sumber
daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya
upahnya rendah. Rendahya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya
pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena
keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
Ketiga penyebab
kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Adanya
keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan
rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya
pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada
rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada
keterbelakangan, dan seterusnya. Logika berpikir ini dikemukakan oleh Ragnar
Nurkse, ekonom pembangunan ternama di tahun 1953 yang mengatakan : “a poor country is poor because it is poor”
( Negara miskin itu miskin karena dia miskin).
4. Alternatif Solusi Kemiskinan
Pengalaman di
Negara-negara Asia menunjukkan adanaya berbagai model mobilisasi perekonomian
pedesaan untuk memerangi kemiskinan, yaitu : Pertama, mendasarkan pada mobilisasi tenaga kerja yang masih belum
didayagunakan (Idle) dalam rumah
tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan. Ide bahwa
tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan
gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan merupakan potensi tabungan.
Kendati demikian,
bila tenaga kerja tersebut diupah sesuai dengan upah sesuai dengan upah yang
berlaku dan potensi tabungan direalisasikan, bebrapa cara perlu dilakukan untuk
mengamankan tabungan dari dalam rumah tangga tersebut. Alternatif cara yang
dapat digunakan untuk memobilisasikan tenaga kerja dan tabungan pedesaan
adalah, menggunakan pajak langsung atas tanah dan menyusun kerangka kelembagaan
di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang belum didayagunakan untuk
pemupukan modal tanpa perlu menambah upah.
Metode yang Kedua, menitikberatkan pada transfer
sumber daya dari pertanian ke industry melalui mekanisme pasar. Ide bahwa
suplai tenaga kerja yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat
meningkatkan tabungan dan formasi modal lewat proses pasar, mulanya tidak
berkaitan sama sekali dengan mobilisasi ekonomi pedesaan. Ketersediaan tenaga
kerja semacam itu dikemukakan hanya untuk menjelaskan bagaimana pangsa relative
upah dan laba pada sektor kapitalis (apakah di sektor pertanian atau industri,
di perekonomian pedesaan atau di kota) dapat saja dipengaruhi oleh
produktivitas tenaga kerja di sektor subsisten, yang pada gilirannya dapat
memengaruhi tabungan dan investasi dalam perekonomian secara umum.
Model Ketiga, menyoroti potensi pesatnya
pertumbuhan dalam sektor pertanian yang dibuka dengan kemajuan teknologi dan
kemungkinan sektor pertanian menjadi sektor yang memimpin. Model ini dikenal
dengan nama pertumbuhan berbasis teknologi, atau Rural-Led Development. Beberapa permasalahan dalam strategi pembangunan
dengan sektor pemimpin pertanian (rural-led
development) didasarkan atas kemungkinan dibukanya pertanian oleh teknologi
modern. Sektor pertanian tidak hanya sebagai sumber pasok sumber daya (baik
pangan, bahan baku, tenaga kerja, atau tabungan), namun sebagai sektor ynag
mempu meningkatkan permintaan atas produk pertanian dan nonpertanian, dan oleh
karena itu mendukung proses pertumbuhan seimbang. Proses ini akan berhasil
apabila 2 syarat berikut terpenuhi, yaitu : kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan
output pertanian yang tinggi, proses ini juga menciptakan pola permintaan yang
kondusif terhadap pertumbuhan. Pada gilirannya ini tergantung dari dampak
keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran atas barang konsumsi yang
dipasok dari dalam sektor itu sendiri, dan melalui investasi yang didorong.
Dampak keterkaitan
dalam ekonomi pedesaan tentunya dapat lebih kuat dalam meningkatkan permintaan
pangan bila proporsi kenaikan pendapatan dari pertumbuhan output bahan pangan
digunakan untuk membeli produk industry pedesaan. Namun, dampak keterkaitan
menjadi tidak pasti bila bagian terbesar dari kenaikan pendapatan hanya
dinikmati oleh rumah tangga pemilik tanah yang berpenghasilan tinggi karena
tambahan konsumsinya cenderung dialokasikan untuk komoditif dan jasa
nonpertanian. Perlu juga dicatat bahwa pertumbuhan pertanian yang pasti dapat
menciptakan pola pembangunan yang dipimpin pertanian hanya apabila terjadi
distribusi kekayaan yang lebih merata dalam perekonomian agararis.[9]
BAB. 3. PENUTUP
KESIMPULAN
Pada prinsipnya problema-problema kemiskinan
dan distribusi pendapatan menjadi sama-sama penting dalam pembangunan Negara
tersebut. Penghapusan kemiskinan yang meluas dan pertumbuhan ketimpangan
pendapatan merupakan pusat dari semua problema pembangunan yang banyak
mempengaruhi strategi dan tujuan pembangunan.
Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat
adalah:
·
Akumulasi modal
·
Pertumbuhan penduduk
·
Kemajuan teknologi
Beberapa Konsep
Dasar: Ukuran Dan Fungsi Distribusi Pendapatan antara lain:
·
Distribusi Ukuran
·
Kurva Lorenz
·
Pembangunan Dualistik Dan Penggeseran Kurva Lorenz: Beberapa
Tipologi Khusus
·
Koefisien Gini
·
Distribusi Fungsional
Kemiskinan di bagi dalam 4
bagian:
·
Beban kemiskinan global
·
Garis kemiskinan
·
Penyebab kemiskinan
·
Alternative solusi kemiskinan
SARAN
Untuk
memajukan perekonomian di Indonesia ini bukan hanya tanggungjawab pemerintah
saja. Namun, kita juga sebagai generasi muda yang suatu saat akan memimpi
negeri kita ini patut ikut ambil bagian dalam hal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Licolin Arsyad.
1997. Ekonomi Pembangunan Edisi Ke 3.
Yogjakarta. Stie Ykpn.
Michael P.
Todaro. 1998. Pembangunan Ekonomi Di
Dunia Ketiga Edisi Ke 6. Jakarta. Erlangga.
Michael P.
Todaro. 2003. Pembangunan Ekonomi Di
Dunia Ketiga Edisi Ke 8. Jakarta. Erlangga.
Mudrajad
Kuncoro. 1997. Ekonomi Pembangunan.
UPP AMP YKPN.
Suryana. 2000. Pembangunan Problematika Dan Pendekatan.
Jakarta. Salemba Empat.
[1]
Suryana. Pembangunan Problematika Dan
Pendekatan. Jakarta. Salemba Empat. 2000. Hlm. 29-30
[2]
Licolin Arsyad. Ekonomi Pembangunan Edisi
Ke 3. Yogjakarta. Stie Ykpn. 1997. Hlm.198-203
[3]
Michael P. Todaro. Pembangunan Ekonomi Di
Dunia Ketiga Edisi Ke 6. Jakarta. Erlangga. 1998. Hlm. 164-165
[4] Ibid. hlm. 166
[5] Michael P. Todaro. Pembangunan
Ekonomi Di Dunia Ketiga Edisi Ke 8. Jakarta. Erlangga. 2003. Hlm. 222
[6]
Licolin arsyad. Opcit. Hlm 212-213
[7]
Michael P. Todaro. Opcit. 170
[8] Ibid. hlm. 173-175
[9]
Mudrajad Kuncoro, Ekonomi Pembangunan,
UPP AMP YKPN, 1997.hal 101-110
No comments:
Post a Comment