PEMIKIR EKONOMI ISLAM MODERN
SAYID AHMAD KHAN
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Sejarah Pemikiran Ekonomi
Dosen Pembimbing: H. Dwi Condro Triono
S.P, M.Ag., P.HD
Di Susun Oleh:
Nama : Fariska
Yosi Iryanti
Nim :
122231065
PROGDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwataa’la
yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan pada penulis sebagai rahmat yang
sangat berharga. Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad Rasullullah SAW nabi akhir zaman, yang menjadi panutan kita umat
islam, sangat memotivasi penulis untuk menyusun makalah tentang salah satu
tokoh pemikir ekonomi islam modern yaitu Sayid Ahmad Khan.
Penulis sangat berterima kasih
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu baik material
maupun moril atas selesainya pembuatan makalah ini. Terimakasih yang
setulus-tulusnya diberikan kepada seluruh keluarga yang telah membantu dan
memotivasi dalam penyelesaian makalah ini.
Surakarta,
4 Juli 2014
Fariska
Yosi Iryanti
Nim=122231065
DAFTAR ISI
PEMIKIRAN ISLAM MODERN.............................................................. 5
TOKOH-TOKOH PEMIKIR ISLAM MODERN..................................... 5
SAYID AHMAD KHAN………………………………………………….6
PEMIKIRAN
SAYYID AHMAD KHAN.............................................. 13
KESIMPULAN......................................................................................... 18
BAB 1. PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Menurut Roger Garaudy,
modernism tidak lain adalah westernisme, yakni aliran yang berasaskan
kebudayaan dan pemikiran barat modern yang timbul dari pengalaman sejarah
mereka selama empat abad terakhir. Di antara cirri-ciri modernism atau
westernisme ialah nasionalisme, kapitalisme, dan sistem parlementer. Pendapat
yang sama diajukan oleh maryam jameelah. Baginya, modernism harus dirujuk pada
pengalaman sejarah barat yang bermula sejak zaman renaissans pada abad ke-15
hingga kini. Beberapa jenisnya adalah klasisisme, humanism, liberalism,
sekularisme, evolusionisme dan marxisme.
Di antara aliran
modernism tersebut, yang dianggap cukup penting ialah sekukarisme atau
penolakan terhadap peranan agama. Begitu pentingnya, hingga sekularisme disebut
bersama-sama dengan modernism.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana pemikiran ekonomi islam modern itu?
2.
Siapa tokoh dalam ekonomi islam modern itu?
3.
Bagaimana latar belakang kehidupannya?
4.
Bagaimana pemikiran Sayid Ahmad Khan dalam berbagai bidang?
C.
TUJUAN
1.
Dapat menjelaskan pemikiran ekonomi islam modern.
2.
Dapat menyebutkan tokoh dalam ekonomi islam modern.
3.
Dapat menjelaskan latar belakang kehidupannya dan
pemikirannya.
4.
Dapat menjelaskan pemikiran Sayid Ahmad Khan dalam berbagai
bidang.
BAB 2. PEMBAHASAN
A.
Pemikiran Islam Modern
Berawal dari kegelisahan umat Islam pada saat itu, yaitu
banyaknya muncul penyelewengan-penyelewengan ajaran Islam, baik di kalangan
masyarakat biasa, maupun dalam tingkatan politik dan pendidikan. Maka
diperlukan adanya proses modernisasi maupun pembaharuan baik di bidang politik,
pendidikan dan akidah. Selain itu, salah satu sebab perlunya perkembangan modern
dalam Islam adalah karena dalam agama terdapat ajaran-ajaran absolute mutlak
benar, kekal tidak berubah dan tidak bisa diubah. Ajaran-ajaran itu diyakini
sebagai dogma dan sebagai akibatnya timbulllah sikap dogmatis agama. Sikap
dogmatis membuat orang tertutup dan tak bisa menerima pendapat yang bertentangan
dengan dogma-dogma yang dianutnya. Dogmatisme membuat orang bersikap
tradisional, emosional dan tidak rasional.
Pembaharuan dalam hal apapun, termasuk dalam konteks
keagamaan (pemahaman terhadap ajaran agama) akan terus dan selalu terjadi sebab
cara dan pola berpikir manusia serta kondisi social masyarakat selalu berubah
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan di segala bidang yang akhirnya
membuahkan tekhnologi yang semakin canggih. Lain dari pada itu kemunduran dan
stagnasi berpikir umat sebagai buah dari fanatisme serta adanya "pihak
luar" yang ingin merekomendasi dan menguasai, mendorong sebagian pemikir
untuk mengadakan pembaharuan.
Upaya pembaharuan dalam Islam mempunyai alur yang panjang
khususnya sejak bersentuhan dengan dunia Barat, untuk memahami makna dan
hakekat pembaharuan. Dan yang masih menjadi pertanyaan besar adalah mengapa
umat Islam masih tertinggal dari dunia Barat(setelah dahulu mengalami masa
keemasan).[1]
B.
Tokoh-Tokoh Pemikir Islam Modern
Berawal dari kemunduran yang di
alami oleh umat islam dan Barat yang semakin menunjukan Eksistensinya sebagai
pusat peradabandengan
munculnya penyimpangan-penyimpangan yang di lakukan umat islam. Akhirnya
munculah banyak pemikir-pemikir islam yang tersadar bahwa keadaan umat islam
saat itu sangat terbelakang. Maka mereka melakukan suatu gerakan yang
menghasilkan gagasan untuk membangkitkan umat islam dari ketepurukan itu[2]
dan mendorong para
penggagas dan pembaharu Muslim yang berusaha menyadarkan terhadap
penyimpangan penyimpangan yang telah di lakukan agar kembali jalan yang
di ridhoi allah SWT.
Tokoh-tokohnya antara lain:
1.
Sayid
Ahmad Khan.
2.
Hali.
3.
Mohsinul
Mulik.
4.
Viqarul
Mulk.
5.
Syibli.
6.
Sayid
Amir Ali.
7.
Abdul
Kalam Azad.
8.
Maulana
Muhammad Ali.
9.
Iqbal.
10. Muhammad Ali Jinnah.
11. Liaquat Ali Khan.
12. Maulana Sayid Abul A’la Maududi.
13. Al
Afgani
14. Dan lain-lainya.
Dan yang akan di bahas lebih
terperinci dalam makalah ini adalah Sir Sayid Ahmad Khan (India 1817-1898).
C. Sayyid
Ahmad Khan
Setelah hancurnya gerakan Mujahidin dan kerajaan Mugha
sebagai akibat dari pemberontakan 1857 muncullah Said Ahmad Khan untuk memimpin
umat Islam di india, yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri dan maju
kembali. Sayid Ahmad Khan dilahirkan di Delhi tanggal 17 oktober 1817 dan
menurut keterangan ia berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui
Fatimah bin Ali. Nenek Sayid Hadi, adalah pembesar istana di zaman Alamhir II
(1754-1759). Ia mendapat pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama. Selain
bahasa arab, ia juga belajar bahasa prancis dan sejarah. Ia orang yang rajin
membaca dan selalu memperluas pengetahuan dengan menelaah berbagai ilmu
pengetahuan.[3]
Masa kecil Sayid Ahmad Khan dilalui dengan kesenangan dan
kecukupan tetapi dengan wafat kakeknya(panglima perang yang kemudian hari di
beri kedudukan agamis semi-hakim oleh kaisar Mughal), kekayaan keluarganya
mulai menurun. Pada 1838 ayahnya meninggal dan keuntungan hasil tanah yang di
peruntukan untuk baginya oleh pemirintah mulai hilang atu mulai dikurangi.
Sayih Ahmad Khan yang masih muda itu mulai mencari penghidupannya sendiri.
Pertama-tama dia harus puas mendapat pengangkatan sebagai juru tulis tingkat
rendahan, tetapi segera ia diangkat sebagai munsif(wakil hakim), dan pada tahun
1841 ditempatkan sebagai munsif di kota yang bersejarah Fatihpur Sikri.[4]
Sayid Ahmad adalah orang mudah bergaul, itu dapat di nilai
dari dari keterangan Ghalib, yang setalah memuji keberanian dan kemampuan Sayid
Ahmad Khan, ia mengatakan”bagi saya, ia adalah seperti salah seorang dari
keluarga sendiri”
Sayid Ahmad Khan mengirup dalam-dalam udara yang begitu
tinggi, dan karya sastranya yang paling pertama dan besar adalah pujian kota
Delhi “ Asar-ul-Sanadid” atau
“peninggalan-peninggalan lama dari Delhi”, yang di terbitkan pada tahun 1847.
Dalam buku tersebut, setelah melakukan riset yang sangat tetliti dan
sungguh-sungguh, dan bukan hanya dengan penelitian perpustakaan yang sejuk lagi
nyaman, tetapi langsung meneliti inskripsi-inskripsi yang telah lumutan dan
sulit dibaca dari bangunan-bangunan yang hamper runtuh. Sayid Ahmad menulis
uraian tentang gedung-gedung utama di dalam sekitar Delhi.
Yang sangat menarik adalah bab tentang “celebrities of
contemporary Dehli” (kemegahan-kemegahan kota dehli kontemporer) yang sekalipun
ditulis dalam gaya bahasa yang dingin dan seperti gaya bicara yang pada waktu
itu popular dikalangan penulis-penulis persi dan urdu, barang kali karya ini
merupakan tulisan yang paling bagus mengenai sastra, kehiduoan beragama dan
seni di Delhi pra-Mutiny.[5]
Banyak tulisan Sayid ahmad sebagai orang ahli sejarah mengalami
kesalahan-kesalahan kecil disana-sini yang tidak bias di hindari karena
kesibukannya sebagai seorang pejabat pemerintah yang berusaha mengerjakan
pekerjaan dengan sebenernya dan menuntut waktu yang penuh. Tetapi
karangan-karangan tersebut terencana dengan baik dan pada umumnya tingkatannya
tinggi. Karangan-karangannya pun diakui nilainya oleh sarjana-sarjana dari
luar,M, Garchin de Tassy pada tahun 1861 menerjemahkan ke dalam bahasa prancis
buku tentang sejarah Arkeolog Delhi, dan tiga tahun kemudian Sayid Ahmad Khan
terpilih sebagai Honorari fellow dari Royal Asiatic Sosiety, London.[6]
Buku Sayid Ahmad Khan merupakan anggur yang dibikin di rumah
sendiri. Ia pada waktu itu sama sekali tidak mengerti bahasa inggris maupun
bahsa barat lainnya. Dan bukunya itu terutama berisi kebijakansanaan politik
seorang muslim yang luas pengetahuannya, meski tidak dikenal dengan
pemikiran-pemikiran politik modern. Tetapi merupakan pewaris yang sebenarnya
dari tradisi kenegarawan mughal.
Bahkan yang lebih menyolok lagi adalah keberaniaan dan tidak
gentarnya sang penulis. Buku itu di tulis pada waktu sebagian besar Inda masih
dalam keadaan darurat. Buku Sayid Ahmad tersebut merupakan kritik yang tajam
terhadap pola administrasi yang ada sebelum Muntiny, dan memberikan penjelasaan
yang lengkap, kalau bukan pembenaran tentang terjadinya revolusi di india tersebut. Menurut Sayid
Ahmad, sebab pokok yang akhirnya membawa kepada pemberontakan besar tersebut
adalah tidak adanya orang india yang mewakili pandangan india pada tingkat atas
badan-badan yang memerintah negeri tersebut.
Ia membuka dengan jelas segala kejelekan yang disebabkan
karena tidak adanya orang india di dewan legislatif, tidak mengertinya dewan
tersebut tentang pandangan yang sebenarnya mengenai orang-orang india.
Selanjutnya ia menunjukan kepada campur tangan pemerintah dlam soal agama.
Dengan menghitung tentnag sebab-sebab yang banyak membawa kepada keyakinan
itu. Ia menerangkan: “ di duga bahwa
pemerintahan dan para pejabatnya diseluruh negeri biasa memberikan banyak uang
kepada misi-misi Kristen dengan maksud untuk membiayai keperluan mereka,
sehingga memungkinkan untuk membagi-bagi buku dan segala keperluan mereka.
Banyak opsir-opsir kontrakan dan banyak orang-orang militer bicara dengan
bawahan mereka tentang agama, sebagian dari mereka menyuruh para pembantu
supaya datang kerumah mereka dan mendengar propaganda misi-misi Kristen”.[7]
Sayid Ahmad Khan dengan tegas mengkritik undang-undang yang
membolehkan menarik pajak dari tanah-tanah perdikan yang diberikan pemerintah
pada masa lalu, sebagai”sangat serakah”. Ia juga mengeluh mengenai tidak adanya
pergaulan antar orang ingris dan sebagian orang india. Ia bahkan mengkritik
cara pemerintah menangani pemberontak-pemberontak di Meerut.[8]
Sayid Ahmad Khan menulis tanpa takut, bahkan merupakan buku
yang agak berbahaya, tetapi keberanian politiknyalah yang memungkinkan untuk
menelunjukan jarinya kepada kekurangan-kekurangan pemerintah dan menyelatkan
dia dari akibat-akibat tindakannya. Setelah buku tersebut diterjemahkan ke
dalam bahasa inggris dan dibicarakan dalam dewan Raja Muda, maka Sir Cecil
Beadon, menteri luar negeri, mengungkapkan buku tersebut sebagai “sangat
menghasut” dan menganjurkan agar pengarangnya diambil tindakan. Namun karena
Raja Muda dan anggota-anggota lainnya yakin bahwa Sayid Ahmad Khan dapat di
percaya, maka tidak ada tindakan apapun yang diambil terhadap penulis.[9]
Mutiny atau pemberontakan tersebut merupakan tragedy nasional
yang besar, tetapi tampaknya Sayid Ahmad Khan sendiri tidak takut sama sekali.
Ia keluar dari konflik tersebut tanpa melakukan sesuatu yang menjadikan
menyesal, baik sebagai pegawai pemerintah yang loyal maupun sebagai orang india
yang patriot. Tampaknya, Sayid Ahmad Khan sendiri tidak terpengaruh oleh
Muntiny, tetapi apabila kita pelajari pidato-pidato dan tulisan-tulisannya
dalam periode itu, kita merasakan bahwa muntiny merupakan pukulan paling berat
yang pernah ia derita. Kekecewaannya dan kesedihannya luar biasa. Dan kesedihan
tersebut menyebabkan ramputnya mendadak menjadi putih, dan sama sekali merubah
jlan hidupnya.
Akibat dari reaksi yang begitu mendalam lagi tajam tersebut
ada dua hal-pribadi dan nasional. Sayid Ahmad sendiri tidaklah disakiti, tetapi
orang-orang yang dekat dan paling dicintainya menderita luar biasa pada waktu
penumpasan yang dilakukan ileh inggris maupun kekuatan yang melawan setelah
jatuhnya Delhi.[10]
Kerugian Sayid Ahmad secara pribadi memang besar, tetapi
ketika ia melihat penderitaan masyarakat muslim, kesusahannya tidak bisa di
obati. Kesusahan Sayid Ahmad terhadap apa yang ia lihat tidak dapat
digambarkan. Ia merasa bahwa india bukan tempat yang tepat bagi seorang muslim
yang tahu harga dirinya, dan ingin meninggalkan pekerjaannya kemudian
menetapkan di Mesir. Untungnya Sayid Ahmad Khan tidak menyerah kepada rasa
putus asa, bahkan yakin bahwa “adalah merupakan suatu perbuatan pengecut dan
mementingkan diri sendiri untuk mencari suatu tempat yang aman, sementara
rakyat dalam keadaan sangat menyedihkan”. Dengan itu ia kemudian membuang
keinginannya untuk migrasi dari india,
dan memilih untuk merambah jalan berbatu pada perjuangan keras, menuntut
kesabaran yang tinggi dan usaha yang sangat berat.
Ia merenungkan tragedy yang menimpa negerinya, dan
mendapatkan kesimpulan bahwa hal tersebut disebabkan karena kebodohan. Oleh
karena itu ia bertekat untuk mulai mendidik orang yang memerintah dan yang
diperintahan, dan menhilang sebab-sebab yang memungkinkan pertentangan dan
salah paham. Tugas pertama ia mulai dengan bukunya Couse Of The Indian Revolt, dan ia teruskan sepanjang hidupnya
dengan mengajukan pikiran-pikiran rakyatnya dengan berani. Untuk tujuan inilah
maka pada tahun 1866, ia mendirikan “British
Indian Association” di Aligarh.
Sayid Ahmad Khan juga mengetahui bahwa pemberontakan
tersebut dikatakan sebagai pemberontakan Muslim, dan umat Muslim ditindas
dengan kekerasan. Ia berusaha untuk membetulkan kesan yang salah dari
pejabat-pejabat ingris, dan mulai menerbitkan majalah The Loyal Mehammadans Of India, di mana jasa orang Muslim terkemuka
yang loyal disiarkan.[11]
Tetapi usaha-usaha tersebut terutama di tujukan kepada
pendidikan umum bagi rakyatnya sendiri. Graham, penulis biografi Sayid Ahmad,
menulis:”moto Sayid Ahmad adalah didiklah!,didiklah!,didiklah!”. ‘Semua
penyakit sosio-politik di india’, ia pernah menyatakan kepada saya ‘bisa di
obati dengan cara ini: Obatilah akarnya dan pohonya akan subur’.
Usaha pokok Sayid Ahmad Khan bagi penyiaran ilmu adalah
berdirinya The Scientific Society-asalnya
terkenal sebagai The Translation Society-
yang dimulai di Ghazipur pada bulan januari 1864. Pada waktu mulai membuka
sekolah dan menentukan kurikulumnya, ia menyadari bahwa bahasa-bahasa india
kurang mempunyai literature yang berguna mengenai ilmu-ilmu yang dibahas dengan
bahasa-bahsa barat.
Sejauh itu usaha Sayid Ahmad di tujukan untuk kemajuan
seluruh rakyat india-baik hindu maupun muslim. The British Indian associantion,
juga sekolah di Ghazipur didirikan atas bantuan kedua kelompok masyarakat
tersebut, dan The Scientific Society diketuai oleh Sayid Ahmad dengan bnatuan
sahabatnya orang Hindu Raja Jai Kishen Dass.[12]
Pad tahun 1869 anak Sayid Ahmad Khan, Sayid Mahmud,
memperoleh beasiswa untuk studi lebih tinggi di Universitas Cambride, dan Sayid
Ahmad memutuskan untuk mnyertainya ke inggris. Sayid Ahmad menetap di inggris
selama 17 bulan dan sibuk bekerja. Ia mempunyai banyak kawan dengan oran-orang
ingris yang sudah pension, dan mereka menunjukan keramahan dan kebaikan yang besar.
Lord Lawrenc3 umpanya, setiap bulan selalu mendampingi dan mengatur kunjungan
Sayid Ahmad ke lembaga-lembaga yang penting. Ia dipilih menjadi anggota
kehormatan dari Atheneum dan juga diterima di kantor urusan india oleh Duke of
Argylle, sekertaris Negara, yang juga pelindung Scientify Socienty dan gelar
C.S.I dianugerahkan padanya.[13]
Bersama-sama dengan terbitnya Thzibul Akhlaq, Sayid Ahmad
juga mulai bekerja untuk pendidikan modern. Pada tanggal 26 desember 1870, di
Benares ia mendirikan “Society for the Educational Progress of Indian
muslims”(himpunan untuk kemajuan pendidikan orang-oarang muslim india) yang
setelah menerima banyak anjuran dan dipertimbangkan masak-masak, memutuskan
untuk mulai mendirikan perguruan tinggi islam.”Anglo-Oriental-College”.
Sekarang Sayid Ahmad merupakan pemimpin umat Muslim India yang tidak dapat
dibantah lagi dan merupakan tokoh nasional yang besar. [14]
Hali dalm biografi Sayid Ahmad mengatakan bahwa hidup Sayid
merupakan contoh teladan. Memang, Sayid Ahmad mempunyai sifat-sifat yang luar
biasa-seperti energik, ketekutan, keberanian moral, kemauan keras, kemauan
besar untuk menyerap pengetahuan dari semua arah, kebijaksanaan politik yang
luar biasa, rasa humor yang enak-yang tanpa itu ia tidak akan sampai kepada
tingkat yang diperolehnya. Ia dilahirkan sebagai pemimpin, dengan wajah manis
dan bicara yang mengesankan, selama setangah abad ia memegang pimpinan nasib
umat Muslim di india, ia mempengaruhi dan mencetak banyak orang yang mampu ke
depan lebih dari apa yang dapat dilakukan oleh pemimpin Muslim Modern mana pun
juga. Namun demikian, ia juga mempunyai banyak kekurangan dan apabila kita
merenungkan kebiasaannya dan insiden-insiden tertentu dari kehidupannya, dalam
beberapa hal, ia merupakan “tokoh teladan” yang sangat berbahaya untuk diikuti.
Sayid Ahmad kurang memperhatikan bentuk luar, ia dijuluki
sebagai Bapak Sastra Urdu Modern, tetapi apabila demikian halnya ia merupakan
‘sastrawan yang paling tidak bersasatra’. Semboyannya adalah”biarkanlah gaya
menulisnya. Lihatlah masalah yang dibahas itulah uang pokok”. Akibatnya adalah,
kecuali pada waktu ia berada dibawah pengaruh emosi yang sangat mendalam.[15]
Sir
Sayid Ahmad Khan adalah pemikir yang menyerukan saintifikasi masyarakat muslim.
Seperti halnya Al Afgani, ia menyerukan kaum muslim untuk meraih ilmu
pengetahuan modern. Akan tetapi, berbeda dengan Al Afgani ia melihat adanya
kekuatan yang membebaskan dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern.
Kekuatan pembebas itu antara lain meliputi penjelasan mengenai suatu peristiwa
dengan sebab-sebabnya yang bersifat fisik materiil. Di barat, nilai-nilai ini
telah membebaskan orang dari tahayuldan cengkeraman kekuasaan gereja. Kini,
dengan semangat yang sama, Ahmad Khan merasa wajib membebaskan kaum muslim
dengan melenyapkan unsur yang tidak ilmiah dari pemahaman terhadap Al Qur’an.
Ia amat serius dengan upayanya ini antara lain dengan menciptakan sendiri
metode baru penafsiran Al Qur’an. Hasilnya adalah teologi yang memiliki
karakter atau sifat ilmiah dalam tafsir Al Qur’an.[16] Tokoh yang cenderung kepada
tafsir aqilah atau rasionalisme adalah Sayid Ahmad Khan.[17]
D. Pemikiran
Sayid Ahmad Khan
Menurut Ahmad Khan bahwasannya keyakinan, kekuatan dan
kebebasan akal yang menjadikan manusia menjadi bebas untuk menentukan kehendak
dan melakukan perbuatan sesuai yang dia inginkan. Jadi pemikirannya itu
mempunyai kesamaan dengan pemikiran Qodariyah, Contohnya manusia telah di
anugrai oleh Allah berbagai macam daya, di antaranya adalah daya fakir yang
berupa akal, dan daya fikir untuk merealisasikan kehendak yang di inginkannya.
Dan barang siapa yang percaya terhadap hukum alam dan kuatnya mempertahankan
konsep hukum alam ia di anggap sebagai orang yang kafir.[18]
Pemikiran Ahmad Khan di bidang keislaman antara lain, ia
melihat bahwa umat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti
perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul
peradaban baru di Barat. Dasar peradaban
baru adalah IPTEK Barat dan bangsa Eropa yang mengolah sedemikian rupa IPTEK
untuk memudahkan mewujudkan keinginan-keinginan mereka, termasuk dalam
menaklukkan umat Islam. Penaklukan dapat dilakukan dengan dengan mudah, karena
umat Islam tidak memiliki kelebihan di bidang yang dikuasai Bangsa Barat.
Menurut Sayyid Ahmad Khan IPTEK modern adalah hasil olah pemikiran
manusia, karena itu dunia Barat mendapat penghargaan yang tinggi. Kalau umat Islam
mau maju harus menghargai akal pikiran. Sayyid Ahmad Khan sangat menghargai
akal pikiran rasional, walaupun ia percaya bahwa kekuatan dan kebebasan serta
kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan perbuatan, akan diserahkan
sepenuhnya kepada manusia itu sendiri.
Terhadap hukum alam, menurutnya, tidak banyak yang dapat ditemukan secara
langsung di dalam Alquran dan Sunnah. Begitu juga tentang hubungan manusia dengan
manusia, dalam perilaku ekonomi, sosial-budaya yang banyak diungkapkannya,
hanyalah gambaran masyarakat primitif zaman nabi, maka untuk zaman sekarang
hal-hal itu tidak sesuai lagi dengan tuntunan zaman. Itulah sebabnya dalam
masalah umum dan duniawi, umat Islam harus belajar banyak kepada Barat dan
menerima kebudayaan mereka yang saat ini dianggap sangat maju kalau umat Islam
ingin seperti mereka.[19]
Pokok-pokok pikiran
Sayyid Ahmad Khan mengenai pembaharuan dalam Islam. Sayyid Ahmad Khan memiliki
ide-ide yang cemerlang untuk membangkitkan ummat Islam India dari keterpurukan.
Diantara ide-ide yang cemerlang itu adalah sebagai berikut:
1.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan
kedudukan ummat Islam India, dapat diwujudkan dengan bekerjasama dengan
Inggris. Inggris merupakan penguasa terkuat di India, dan menentang kekuasaan
itu tidak membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka
tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India.
Disamping itu dasar ketinggian dan kekuatan barat, termasuk didalamnya Inggris,
ialah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk dapat maju, umat Islam harus
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh
ummat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang
diperlukan itu bukanlah kerjasama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi
memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris. Ia berusaha meyakinkan
pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, ummat Islam tidak memainkan
peranan utama. Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan
terhadap Inggris Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merubah pandangan
Inggris terhadap ummat Islam India. Dan sementara itu kepada ummat Islam ia
anjurkan supaya jangan mengambil sikap melawan, tetapi sikap berteman dan
bersahabat dengan Inggris. Cita - citanya untuk menjalani hubungan baik antara
Inggris dan umat islam, agar ummat islam dapat di tolong dari kemunduranya ,
dapat di wujudkan di masa hidupnya.
2.
Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa ummat Islam
India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam
klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di barat. Dasar peradaban
baru ini ialah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi
modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu akal mendapat
penghargaan tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan. Tetapi sebagai orang Islam yang
percaya kapada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan dan kebebasan akal
mempunyai batas, ia percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam
menentukan kehendak dan melakukan perbuatan. Alam, berjalan dan beredar sesuai
dengan hukum alam yang telah ditentukan Tuhan. Segalanya dalam alam terjadi
menurut hukum sebab akibat. Tetapi wujud semuanya tergantung pada sebab pertama
yaitu Allah SWT. Kalau ada sesuatu yang putus hubungannya dengan sebab pertama,
maka wujud sesuatu itu akan lenyap.
3.
Sayyid Ahmad Khan menolak faham Taklid bahkan
tidak segan-segan menyerang faham ini. Sumber ajaran Islam menurut pendapatnya
hanyalah Al Qur’an dan Al Hadist. Pendapat ulama’ di masa lampau tidak mengikat
bagi ummat Islam dan diantara pendapat mereka ada yang tidak sesuai lagi dengan
zaman modern. Pendapat serupa itu dapat ditinggalkan. Masyarakat manusia
senantiasa mengalami perubahan dan oleh karena itu perlu diadakan ijtihad baru
untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam dengan suasana masyarakat
yang berubah itu. Dalam mengadakan ijtihad, ijma’ dan qiyas baginya tidak
merupakan sumber ajaran Islam yang bersifat absolute. Hadits juga tidak
semuanya diterimanya karena ada hadits buat-buatan. Hadits dapat ia terima
sebagai sumber hanya setelah diadakan penelitian yang seksama tentang
keasliannya.
4.
Yang menjadi dasar bagi sistem perkawinan dalam
Islam, menurut pendapatnya, adalah sistem monogamy, dan bukan sistem poligami
sebagaimana telah dijelaskan oleh ulama’-ulama’ dizaman itu. Poligami tidak
dianjurkan tetapi dibolehkan dalam kasus-kasus tertentu. Hukum pemotongan
tangan bagi pencuri bukan suatu hukum yang wajib dilaksanakan, tetapi hanya
merupakan hukum maksimal yang dijatuhkan dalam keadaan tertentu. Disamping
hukum potong tangan terdapat hukum penjara bagi pencuri. Perbudakan yang
disebut dalam Al Qur’an hanyalah terbatas pada hari-hari pertama dari perjuangan
Islam. Sesudah jatuh dan menyerahnya kota Makkah, perbudakan tidak dibolehkan
lagi dalam Islam. Tujuan sebenarnya dari do’a ialah merasakan kehadiran Tuhan,
dengan lain kata do’a diperlukan untuk urusan spiritual dan ketenteraman jiwa.
Faham bahwa tujuan do’a adalah meminta sesuatu dari Tuhan dan bahwa Tuhan
mengabulkan permintaan itu, ia tolak. Kebanyakan do’a yang demikian, ia
menjelaskan tidak pernah dikabulkan Tuhan.
5.
Dalam ide politik, Sayyid Ahmad Khan,
berpendapat bahwa ummat Islam merupakan satu ummat yang tidak dapat membentuk
suatu Negara dengan ummat Hindu. Ummat Islam harus mempunyai Negara
tersendiri,. Bersatu dengan ummat Hindu dalam satu Negara akan membuat
minoritas Islam yang rendah kemajuannya, akan lenyap dalam mayoritas ummat
Hindu yang lebih tinggi kemajuannya[20]
BAB 3. PENUTUP
KESIMPULAN
Sayid Ahmad Khan mengisi kekosongan
yang besar dalam kehidupan komonitas muslim dengan hilangnya kekuasaan Muslim.
Tetapi ia juga berbuat lebih dari itu. Umurnya yang panjang, hampir satu abad,
menjembatani jurang antara Islam abad pertengahan dan Islam modern di India. Ia
sendiri merupakan peninggalan dari zaman kebesaran raja-raja Mughal Agung dan
masuk dalam suatu era baru. Sayid Ahmad member umat Muslim India suatu keutuhan
baru, kebijaksanaan politik baru, cita-cita pendidikan baru, prosa baru,
pendekatan baru terhadap masalah-masalah individu dan nasional mereka, dan
mendirikan suatu organisasi yang bisa membawa cita-cita tersebut. Ia menyatukan
umat muslim india dan menjadai oendekar pertama dari bangasa yang baru.
Ide-ide yang dilontarkan oleh Ahmad Khan banyak
persamaanya dengan apa yang digagas oleh Muhammad Abduh. Keduanya sama-sama
memberi penghargaan yang tinggi kepada akal manusia, sama-sama menganut paham
qodariah, sama-sama percaya kepada hukum ciptaan Tuhan, sama-sama menentang
taqlid dan membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh sebagian besar
umat Islam. Hanya saja apa yang dilakukan oleh Ahmad Khan tidak dapat merata
(menyeluruh), karena sebagian besar rakyat India tetap sulit menerima ide-ide
yang digagasnya, bagaimanapun juga Inggris tidak akan tinggal diam begitu
saja, Mereka (pemerintahan Inggris) tetap menghendaki orang India tetap dalam keadaan
keterpurukan.
Hali dalm biografi
Sayid Ahmad mengatakan bahwa hidup Sayid merupakan contoh teladan. Memang,
Sayid Ahmad mempunyai sifat-sifat yang luar biasa-seperti energik, ketekutan,
keberanian moral, kemauan keras, kemauan besar untuk menyerap pengetahuan dari
semua arah, kebijaksanaan politik yang luar biasa, rasa humor yang enak-yang
tanpa itu ia tidak akan sampai kepada tingkat yang diperolehnya.
DAFTAR PUSKATA
Abdulah Rahman Haji Abdullah. 1997. Pemikir
Islam Modern Di Malaysia Sejarah Dan Alirannya.Jakarta. Gema Insane Press..
Mukti Ali. 1998. Alam
pikiran islam mpdern di india dan Pakistan. Bandung. Mizan anggota IKAPI.
Sumber internet:
http://Moemartblog.blogspot.nl/2012/02/pemikiran-islam-modern.html?m=1
http://Harkaman01.wordpress.com/2013/01/14/pembaharuan-dalam-islam-dan-tokoh-tokohnya/
http://Matakedip1315.wordpress.com/2013/06/05/tokoh-islam-modern/
http://soef47.wordpress.com/2009/10/14/pemikiran-kalam-ulama-modern-sayyid-ahmad-khan/
http://k-setian.blogspot.com/2011/12/pemikiran-sayyid-ahmad-khan.html
[1]
Moemartblog.blogspot.nl/2012/02/pemikiran-islam-modern.html?m=1
[2]
Harkaman01.wordpress.com/2013/01/14/pembaharuan-dalam-islam-dan-tokoh-tokohnya/
[3]
Andersenalfatih.wordpress.com/2014/02/08/pembaharuan-pemikiran-sayyid-ahmad-khan/
[4] Mukti Ali. Alam
pikiran islam mpdern di india dan Pakistan. Bandung. Mizan anggota IKAPI.
1998. Hlm54-56
[5] Ibid. hlm. 57
[6] Ibid.hlm. 58.
[7] Ibid. hlm 60-61
[8] Ibid. hlm. 61
[9] Ibid.hlm 62
[10] Ibid.hlm. 63
[11] Ibid. hlm. 64-65
[12] Ibid. hlm. 66
[13] Ibid.hlm. 68-69
[14] Ibid. hlm. 72-73
[15] Ibid. hlm. 84-85.
[16]
Matakedip1315.wordpress.com/2013/06/05/tokoh-islam-modern/
[17]
Abdulah Rahman Haji Abdullah. Pemikir
Islam Modern Di Malaysia Sejarah Dan Alirannya.Jakarta. Gema Insane Press.
1997. Hlm. 137-138
[18] http://soef47.wordpress.com/2009/10/14/pemikiran-kalam-ulama-modern-sayyid-ahmad-khan/
[19] http://andersenalfatih.wordpress.com/2014/02/08/pembaharuan-pemikiran-sayyid-ahmad-khan/
[20] http://k-setian.blogspot.com/2011/12/pemikiran-sayyid-ahmad-khan.html